Yuk jangan jadi silent readers ;)
1 vote kamu berarti sejuta bagi penulis❤Syila mencium aroma obat-obataan seraya membuka kedua kelopak matanya perlahan. Kepalanya masih terasa pusing dan badannya lemas. Syila mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan terangnya ruangan. Tanpa bertanya Syila yakin dirinya saat ini tengah terbaring di atas ranjang rumah sakit. Ia ingat terakhir kali tubuhnya ambruk di toilet sekolah.
"Udah bangun?" Tanya seseorang yang duduk di samping ranjang Syila.
"Erga?"
Kenapa di saat seperti ini ia mengharapkan Arlan menjadi orang yang pertama ia lihat setelah membuka mata. Seingatnya tadi Arlanlah yang muncul tepat sebelum kesadarannya hilang.
"Sekarang jam berapa?" Syila berusaha mendudukkan badannya yang langsung disambut uluran bantuan oleh Erga.
"Jam satu siang." Jawab Erga.
Syila mengernyitkan alisnya. "Acara lelangnya gimana?" Tanyanya khawatir. Ia merasa bersalah dengan anggota-anggota yang lain. Syila tak bisa membantu selama acara berlangsung begitu juga setelah acara.
Erga mengembangkan senyumnya. "Acaranya berjalan lancar kok, kalo nggak salah sejam lalu selesai."
"Lo udah nungguin gue daritadi?" Tanya Syila penasaran.
Erga berjalan ke arah penyimpanan dan mengambil sesuatu. "Lumayan, gue ijin atas nama OSIS, tapi santai aja hari ini kelas gue nggak ada ulangan kok."
Kenapa Erga begitu baik padanya, Syila merasa benar-benar tidak enak karena sudah begitu merepotkan. Semakin memikirkannya membuat Syila sadar Erga selalu menolongnya di saat-saat yang susah.
"Nih hp lo, siapa tahu perlu buka sesuatu." Erga menyenrahkan handphone tersebut.
Tangan Syila terulur mengambil. "Makasi."
Begitu Syila membuka handphonenya, notifikasi dari teman-temannya yang paling memenuhi. Syila tersenyum kecil mengetahui perihal teman-temannya yang begitu khawatir akan dirinya. Padahal ini hanya demam biasa. Langsung saja Syila membuka grup chat mereka dan membalas bahwa kondisinya sudah membaik. Entah sedang tidak ada guru atau mengumpat-mengumpat, tak butuh satu menit Rara sudah membalas balik. Ia memberi tahukan kalau mereka sepulang sekolah akan menjenguk Syila.
"Erga, lo balik ke sekolah aja, gue udah nggak papa-papa kok." Tukas Syila.
Erga menatap Syila khawait. Ia terlihat seperti begitu enggan membiarkan Syila seorang diri di kamar rumah sakit ini. "Beneran?"
Syila mengangguk lemah. Erga lalu mengusap bahu Syila pelan dan berjalan untuk mengambil jaketnya yang tersampir di sofa.
"Gue duluan ya, kalo ada apa-apa chat aja." Kata Erga di depan pintu.
"Iya."
Syila berjalan turun dari ranjangnya.
"Eh lo mau ngapain?" Erga dengan cepat menghmapiri Syila yang berusaha menapakkan kakinya ke lantai. Ternyata ia belum benar-benar pergi.
Syila memegang lengan Erga yang membantunya berdiri. "Gue mau ke kamar mandi." Ucap Syila dengan senyuman jahil.
Seketika Erga menjadi kikuk. "Yaudah biar gue anter sampai depan kamar mandi."
Syila berhasil dibuat terkekeh kecil melihat respon Erga. Gugupnya begitu menggemaskan.
"Makasi." Ucap Syila di depan pintu kamar mandi.
Erga menarik tangannya. "Sama-sama, gue ke sekolah dulu." Ia lalu berjalan menjauh dan keluar dari ruangan Syila.
Setelah menyelesaikan panggilan alamnya, Syila merasa benar-benar kesepian. Tak tahu harus melakukan apa. Syila kembali mengambil hpnya yang ia letakkan di meja sebelah kasur. Tangannya membuka aplikasi whatsapp dan scroll ke bawah ke atas, tapi tetap tak ada pesan darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Remaja Satu Atap (END)
Teen FictionBagaimana ketika Syila ditemukan takdir bahwa ia harus tinggal satu atap dengan seorang laki-laki yang ternyata juga most wanted di sekolah baru nya nanti. Jika kalian berpikir karena hamil? Tenang, bukan itu alasannya. Alasannya sederhana yang memb...