Syila baru saja selesai mencuci piring makan malamnya, hingga ia tiba-tiba teringat bahwa ia tidak sendiri di rumah ini, melainkan ada Arlan.
Syila menepuk jidatnya "Astaga, gue lupa ajakin makan."
Dengan segera, Syila menyiapkan makanan untuk Arlan di sebuah piring, berinisiatif untuk mengantarnya ke kamar Arlan berhubung sepertinya kondisi laki-laki itu kurang baik.
Di genggaman tangannya, Syila telah membawa nampan berisi sepiring makanan dan segelas air lantas berjalan menuju kamar Arlan. Begitu ia sampai, Syila menyiapkan diri sebelum tangannya mengetuk pintu tersebut.
Di dalam kamar, Arlan tengah melepaskan kaosnya, ia berdiri depan kaca melihat seberapa banyak luka yang ia dapatkan di badannya. Ternyata tidak terlalu banyak hanya lebam di beberapa titik. Sebelum Arlan memakai kaosnya, terdengar seseorang mengetuk pintu dan dengan tanpa dosanya Arlan membuka pintu tersebut terlebih dahulu.
Syila yang melihat pintu telah terbuka melangkah masuk.
"Aaaaa...." Teriak Syila kaget, langsung membalikkan badannya kembali. Tidak disangka, begitu masuk ia malah disuguhkan pemandangan Arlan yang tengah memakai kaos dan masih memperlihatkan setengah bagian badannya. Arlan ini bodoh atau bagaimana, siapa lagi dia pikir akan mengetuk pintu selain Syila yang satu-satunya berada di rumah bersamanya, malah dengan santainya menodai mata Syila.
"Astaga, gue liat apa barusan? Roti sobek?" Syila berdiri dengan nafas yang masih tercekat.
"Lebay lo, kayak nggak pernah liat aja." Kata Arlan berjalan mendekati Syila.
Perkataan Arlan membuat Syila mendengus sinis. "Emang nggak pernah." Ucapnya dalam hati. Ya kalo di dalam layar handphone beda lagi.
"Lo udah make kaos kan?" Tanya Syila memastikan.
Tidak ada jawaban yang terdengar, namun ia berhasil terlonjak saat Arlan memunculkan dirinya tepat di samping Syila tiba-tiba.
"Astaga, setan." Kagetnya, tapi mana ada setan seganteng Arlan.
Arlan menempelkan satu tanggannya di dinding, menumpu badannya. "Lo ngapain ke kamar gue?"
Syila mengangkat nampan yang ia bawa. "Gue bawain lo makan. Kasian badan lo udah remuk tar kalo nggak makan lo mati." Syila melenggang masuk begitu saja ke kamar Arlan, lalu meletakkan nampan tersebut di meja.
"Nggak makan nggak bikin gue mati." Ucap Arlan sarkas.
Syila hanya memutar matanya seolah mengekspresikan kata terserah. Setelah ini, mereka berdua diam bergeming menatap satu sama lain.
Syila mengangkat alisnya. "Lo nggak minta disuapin kan?" Tanya Syila iseng, karena ia tak kunjung melihat Arlan mengambil sesuap makanannya. Tak bahkan menyentuh nampan itu.
Arlan hanya berdecih sinis. "Geer lo." Arlan lalu duduk di sofa dan mengambil piring di atas nampan lalu memakannya.
"Ya kali aja lo mau modus atau buruknya tangan lo patah." Syila memalingkan mukanya ke belakang menahan tawa, nyalinya gede juga ya.
Arlan tidak habis pikir, kenapa gadis baru ini bicara dengan berani padanya padahal dia belum disini genap 24 jam. Arlan membuang mukanya ke samping, namun tiba-tiba rasa nyeri menjalar di kepalanya, refleks tangannya memegang bagian nyeri tersebut.
Syila yang melihat hal tersebut langsung mendekat khawatir. "Kepala lo kenapa?"
"Benjol, kayaknya tadi kena lempar kaleng deh sama setan." Jawab Arlan dan tidak lupa dengan nada sindiran.
Syila menghela nafas pelan. "Gue minta maaf." Ujarnya, bukankah lebih baik meminta maaf daripada dihantui rasa bersalah benjolin kepala orang.
"Masih bisa minta maaf lo?" Tanya Arlan sewot.
"Sini biar gue cek." Tanpa persetujuan Arlan, Syila memegang bagian kepala Arlan yang tidak rata.
"Astaga, benjol beneran dong kepala orang." Resah Syila dalam hati begitu tangannya menyentuh bagian kepala Arlan yang jauh lebih menonjol.
Syila segera berjalan keluar kamar Arlan. "Tunggu, biar gue obatin." Ucapnya sebelum menghilang dari balik pintu.
Arlan tak menanggapi, ia tetap lanjut mengunyah makanannya.
Setelah lima menit berlalu, Syila dengan kain berisikan es batu di dalamnya kembali masuk ke kamar Arlan.
"Ternyata bener itu makanan favorit lo." Ucap Syila setelah melihat piring yang isinya kandas tanpa perlu waktu yang lama.
"Bukan urusan lo." Balas Arlan cuek.
Syila lalu mendudukkan bokongnya di sofa tepat di belakang Arlan.
"Lo mau ngapain?"
Syila memperlihatkan es batu yang ia bawa "Ya ngobatin lah, gue orangnya bertanggung jawab." Syila memutar badan Arlan agar kembali membelakanginya dan mulai menempelkan es batu tersebut di daerah yang benjol.
"Gue kira lo cuman cewek kasar." Ucap Arlan tak berperasaan. Syila membulatkan matanya kesal, dengan sengaja ia menekan benjol tersebut lebih keras dari sebelumnya. Awalnya Arlan diam saja, namun akhirnya ia kehilangan kesabaran. Arlan menarik tangan Syila hingga membuat gadis itu berdiri. Lalu dengan satu tarikan lagi, Syila berganti posisi menjadi duduk tepat di hadapan Arlan.
"Lo mau ngobatin gue atau mau bikin benjol gue tambah gede?" Tanya Arlan tepat di depan wajah Syila. Tatapan Arlan sangat mengintimadasi hingga membuat Syila tak berkutik beberapa saat.
"Habisnya lo ngeselin." Jawab Syila membuang muka.
Arlan memajukan badannya, masih dengan tatapan tajamnya ia berhasil membuat Syila meringsut takut. Jarak mereka hanya tersisa satu kepalan tangan. Syila membeku dengan tangan yang tegang di kedua sisi tubuhnya.
Arlan mendekatkan bibirnya ke telinga kiri Syila. "Inget, gue masih belum balas dendam sama lo." Bisik Arlan dengan suara beratnya. Lalu dengan senyum smirk yang menghiasi wajahnya, Arlan menarik Syila kembali tegap.
Es batu yang sebelumnya berada di tangannya dengan cepat Syila berikan kepada Arlan. "Lo obatin sendiri, gue mau tidur." Syila lalu melenggang pergi keluar begitu saja.
Arlan terkekeh di tempatnya. "Dasar penakut."
Bangkit dari duduknya, Arlan melangkah hendak menutup pintu kamar, namun ia berhasil dibuat terkejut dengan kepala Syila yang tiba-tiba nongol.
"Gue nggak takut ya, wee." Syila menjulurkan lidahnya, mengejek Arlan. Tanpa menunggu balasan lagi, Syila dengan cepat memasuki kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat. Di dalam kamar, Syila mengacak rambutnya frustasi, kenapa semuanya jadi semain rumit.
"Dasar mahluk datar, sinis, nyebelin, gue doain benjol lo ga sembuh-sembuh."
Hey yo semua
Makasi banget udah mau support aku dengan baca cerita aku
Kalo kalian suka, jangan lupa meninggalkan jejak ya.
Terimakasih
See u again :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Remaja Satu Atap (END)
Teen FictionBagaimana ketika Syila ditemukan takdir bahwa ia harus tinggal satu atap dengan seorang laki-laki yang ternyata juga most wanted di sekolah baru nya nanti. Jika kalian berpikir karena hamil? Tenang, bukan itu alasannya. Alasannya sederhana yang memb...