"Astaga."
"Butuh bantuan?"
"Hah?" Syila berfikir sebentar, lola. "Oh iya, mau nanya arah."
"Arah kemana? Biar saya anterin." Tawar laki-laki tersebut ramah.
"Ehm ke TU." Jawab Syila.
Laki-laki tersebut langsung saja mengantar Syila menuju ruang TU. Syila yang berjalan sedikit di belakangnya menelaah penampilan laki-laki di depannya. Ia terlihat rapi dan berkharisma, oh ya dan jangan lupakan wajahnya yang dapat Syila puji cukup tampan.
"Jangan jalan di belakang saya, di samping aja." Celetuknya tiba-tiba.
"Oh iya-iya." Syila buru-buru memperpanjang langkahnya, mensejajarkan dirinya dengan laki-laki tersebut.
Laki-laki yang masih Syila tidak ketahui identitasnya mengarahkan pandangannya menghadap Syila tanpa menghentikan langkahnya. "Murid baru ya?"
Syila mengangguk cepat. "Iya, saya murid baru, pasti karena muka saya keliatan asing ya."
Laki-laki tersebut mengulurkan tangannya. "Kenalin saya Erga." Kenalnya ramah.
Syila membalas uluran tangan tersebut. "Saya Syila." Ucapnya sembari mengulas senyum.
"Kamu mau kemana?" Tanya Syila balik, sedikit canggung.
"Saya mau ke ruang osis, ada pertemuan sebentar." Jawabnya.
Syila manggut-manggut. "Oh kamu anggota osis?"
"Saya ketua osis."
Duarr.....
Syila sontak membulatkan matanya, tak sadar sedari tadi ia berbincang dengan seorang ketua osis di sekolah barunya. Ia bahkan menghentikan langkah kakinya.
"Nggak usah kaget, saya bukan tipe ketua osis yang galak atau suka ngatur-ngatur, apalagi sombong." Jelas Erga diakhiri dengan senyuman meyakinkan.
"Iya, cuman kaget aja sih hehehe." Syila tertawa kecil.
Erga menghentikan langkahnya di depan sebuah pintu yang dapat dipastikan merupakan pintu dari ruangan yang Syila tuju.
"Makasi udah nganterin." Ucap Syila ramah.
Erga hanya mengangguk kecil. "Sama-sama, kalo gitu saya duluan."
Syila mengiyakan, namun ia terfikirkan untuk mengatakan hal lain. "Oh ya Erga."
Laki-laki itu kembali membalikkan badannya.
"Semoga lancar pertemuannya." Tambah Syila, ia ingin menunjukkan rasa terimakasih dalam bentuk lain.
Erga sendiri tersenyum dengan jari jempol yang diancungkan, lalu kembali melanjutkan langkah. Well, tidak buruk juga hari pertamanya di sekolah baru, Syila bahkan sudah mengenal si ketua osis.
...
"Eh denger-denger bakal ada murid baru ya di kelas kita?" Tanya seorang perempuan pada teman sebangkunya.
"Kayaknya sih iya." Jawab temannya.
Perempuan yang duduk di meja depannya membalikkan badan. "Emang kenapa ra? Excited banget perasaan lo."
"Ish Seva, nih gue kasih tahu ya, semisal tuh anak baru cewek gue jadiin temen, tapi kalo cowok apalagi ganteng ya mau gue jadiin pacar. Nanti kalo cowok lo tukuran kursi ya sama gue." Jelasnya menggoyangkan lengan Seva ke kanan dan kiri.
Teman sebangkunya hanya mampu memutarkan kedua bola mata. "Rara Rara, otak lo isinya cowok aja ya, belajar dulu yang bener."
Rara yang merasa nasihat temannya tidak sepenuhnya benar, menyahuti. "Ibu Ilma yang terhormat, masa depan tu juga ditentukan oleh siapa yang kita ajak menikah, jadi jelas harus dipikirkan dengan jelas dan teliti, kan harus memilah supaya dapat yang terbaik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Remaja Satu Atap (END)
Teen FictionBagaimana ketika Syila ditemukan takdir bahwa ia harus tinggal satu atap dengan seorang laki-laki yang ternyata juga most wanted di sekolah baru nya nanti. Jika kalian berpikir karena hamil? Tenang, bukan itu alasannya. Alasannya sederhana yang memb...