Part yang dinanti-nanti akhirnya aku buatkan untuk all beloved readers of Syila and Arlan couple
Udah siap belum nih baca the last extra part dari cerita Romansa Remaja Satu atap?
Jangan lupa like dan komen yaa 🥰
Berada di dalam pangkuan burung besi entah kenapa selalu memberikan antusias dan kesenangan tersendiri bagi Syila. Senyumnya mengembang menatap hamparan awan putih yang mengelilingi sekujur pesawat di tengah langit biru yang cerah. Layaknya sekarang, meskipun jam tangannya telah berputar lebih dari 90 derajat, terhitung membutuhkan waktu 4 jam lagi untuk pesawat ini mengudara hingga terparkir sempurna di Bandara Soekarno Hatta.
Menyumpal kembali lubang telinganya dengan airpods, lagu the 1975 yang berjudul About You menggema dalam pendengaran. Tangan Syila terulur ke dalam tas mengambil buku kecil dan mulai menarikan goresan pensil di atas kertas cream tersebut. Meskipun gambaran sederhananya lambat laun terlihat semakin jelas mengabadikan pemandangan luar yang terhalang jendela pesawat, tapi nyatanya pikiran Syila hanya tertuju pada satu orang, laki-laki itu. Laki-laki yang inisial namanya tersemat dalam gelang kecil di pergelangan tangan kanan, tepatnya mengukir kecil huruf A dengan warna emas.
"Maaf mbak membangunkan, pesawatnya sudah mendarat sempurna." Pemberitahuan personal tersebut dibarengi dengan sentuhan pelan di lengan membangunkan Syila dari tidur lelapnya.
"Oh okey, makasi mbak." Ucap Syila sebelum melempar senyuman kecil dan anggukan kepala. Ia langas melepas sabuk pengaman dan berdiri sedikit meregangkan badan. Terlihat di dalam pesawat hanya tersisa beberapa orang.
Tangan Syila terangkat memegang dadanya. "Kok gue deg-degan ya?"
Kurang lebih 40 menit Syila menghabiskan waktu semenjak turun dari pesawat, melewati imigrasi, hingga mendapatkan kopernya kembali. Mengambil handphone dari saku celana, Suila berjalan keluar seraya membuka aplikasi driver online. Entah ide yang terlintas darimana, Syila memutuskan untuk menjadikan kedatangannya sebagai sebuah kejutan. Oh tidak, ada satu orang yang tahu dan itu adalah ibunya. Tapi selebihnya semua masih rahasia.
Begitu mobil putih avanza berhenti di depannya yang menunjukkan kesamaan plat dengan catatan di layar, Syila sontak menghampiri dan melangkah ke bagasi untuk menaruh koper. Selama perjalanan, matanya terlempar menatap sepanjang jalan ibu kota. Tidak banyak yang berubah semenjak satu setengah tahun yang lalu. Termasuk polusinya sekalipun. Tapi tetap kota ini memiliki tempat yang spesial di hatinya, termasuk orang-orang di dalamnya.
"Udah sampai mbak." Tukas sang pengemudi seraya menghentikan mobil di pinggir kiri jalan.
Syila mengeluarkan beberapa lembar cash sebagai tip diluar pembayaran nontuaninya sebelum menuruni mobil. Dengan pelan, Syila berjalan mendekati pintu sembari berhati-hati menggeret kopernya agar tidak menimbulkan bunyi yang ribut.
"Tok tok tokk...."
Satu dua hingga lima menit menunggu, pintu rumah tidak kunjung terbuka. Syila menggigit bagian bibir dalamnya bingung. Meskipun dulu ia tinggal di rumah ini selama masa SMAnya, tapi tetap saja Syila merasa sungkan. Mau tidak mau mengesampingkan perasaan tersebut, Syila meraih gagang pintu dan menariknya ke bawah.
Terbuka....
Ini aneh, kenapa tidak terkunci. Tante Rita tidak pernah meninggalkan rumah terbuka begitu saja. Kaki kanannya melangkah lebih dulu, seantero rumah terlihat gelap. Tidak ada jendela yang terbuka sehingga tidak satupun cahaya dapat merembat masuk. Apakah rumah ini sudah tidak ditempati, tapi bagaimana mungkin itu terjadi tanpa sepengetahuannya. Satu kakinya melangkah lebih dalam dan begitu ia berusaha menggapai saklar lampu, terlebih dahulu bunyi ledakan menggema.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Remaja Satu Atap (END)
Teen FictionBagaimana ketika Syila ditemukan takdir bahwa ia harus tinggal satu atap dengan seorang laki-laki yang ternyata juga most wanted di sekolah baru nya nanti. Jika kalian berpikir karena hamil? Tenang, bukan itu alasannya. Alasannya sederhana yang memb...