Yuk jangan jadi silent readers ;)
1 vote kamu berarti sejuta bagi penulis❤"Pagi." Syila menyapa Erga yang berdiri di depan pintu rumah yang ia bukakan.
Erga tersenyum ramah. "Pagi juga."
Syila cukup terkejut karena Erga terbilang datang lumayan pagi. Ini masih lima belas menit lebih awal dari waktu ia biasanya berangkat ke sekolah bersama Arlan. Ah lupakan lelaki itu untuk saat ini, bahkan semenjak Syila turun ke dapur dengan seragam lengkap, batang hidungnya tak kunjung nampak.
"Mau langsung berangkat sekarang?" Tanya Syila, karena sepertinya tak ada yang perlu ditunggu lagi.
Erga menganggukkan kepalanya. "Boleh."
"Gue ambil tas dulu ya." Ucap Syila sebelum berjalan kembali ke dapur. Tasnya tertinggal di meja makan ketika sarapan tadi.
Syila melangkah menghampiri tante Rita, hendak berpamitan. "Tante, Syila berangkat dulu ya."
Tante Rita mengerutkan alisnya, ia menatap sekitarnya bingung. Rasanya ada yang kurang. "Loh berangkat sama siapa? Nggak sama Arlan?"
Syila mengambil tangan tante Rita dan menyalimnya di dahi. "Sama Erga tante, udah di depan." Jawab Syila.
Tante Rita langsung mengangguk dengan mulut membentuk huruf o. "Yaudah sini tante samperin ke depan sekalian nganterin kamu." Setelah mengucapkannya mereka berdua lantas berjalan ke arah pintu beriringan.
"Pagi tante." Sapa Erga hangat melihat tante Rita di sisi samping Syila.
Tante Rita tersenyum balik ramah. "Pagi juga, berangkatnya hati-hati ya." Ingat tante Rita yang langsung dibalas anggukan oleh Erga. Tanpa menunggu lebih lama lagi, mereka bedua berjalan bersama menuju mobil Erga yang terparkir di pinggir jalan.
Tante Rita yang masih di depan pintu rumah hanya cengingiran kecil.
"Kayaknya bakal ada yang cemburu nih."
Jalanan masih cukup sepi ketika mobil Erga melintasinya. Cuaca hari ini cukup bagus dengan matahari yang semakin memperkuat siluet cahayanya, membuat Syila menatap pusat tata surya itu dengan senyuman.
"Lo udah sarapan?" Tanya Erga seraya mengemudikan mobil dengan satu tangan.
Syila menoleh ke samping. "Udah tadi makan roti, lo?" Tanya Syila balik.
Erga berdehem singkat membuat Syila sedikit memiringkan kepalanya. Tampaknya ada sesuatu yang ingin ia ucapkan.
Telunjuk Erga menunjuk dirinya sendiri. "Gue belom, kalo misalnya kita makan bubur dulu nggak papa?" Tukas Erga sembari sesekali melirik Syila yang duduk di kursi penumpang.
Syila terkekeh kecil dibuatnya. "Nggak papa kok, jugaan waktunya masih cukup." Mana berani juga ia tidak memperbolehkan anak orang sarapan, sudah dikasi tumpangan gratis pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Remaja Satu Atap (END)
Teen FictionBagaimana ketika Syila ditemukan takdir bahwa ia harus tinggal satu atap dengan seorang laki-laki yang ternyata juga most wanted di sekolah baru nya nanti. Jika kalian berpikir karena hamil? Tenang, bukan itu alasannya. Alasannya sederhana yang memb...