Yuk jangan jadi silent readers ;)
1 vote kamu berarti sejuta bagi penulis❤"Tolong anterin gue pulang, plis."
Rakil Dan Argan menatap satu sama lain, mereka tampak ragu.
Syila berusaha menutupi kepalanya dari hujan dengan tangan. "Gue tahu soal itu."
Rakil akhirnya memberikan helm pada Syila. Ya iya selalu membawa satu helm lain bersamanya, kali aja ada cewek yang mau menduduki bagian belakang motornya.
"Makasi." Ucap Syila dengan senyuman. Ia buru-buru menaiki motor Rakil setelah dititahkan. Pikiran Syila kalut, bagimana jika sesuatu yang buruk terjadi.
Sepertinya tidak hanya Syila yang khawatir, Rakil dan Argan terlihat mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Mata mereka juga tak henti-hentinya menatap kanan kiri.
"Stop, pinggirin motor lo." Perintah Syila cepat. Ia sekilas melihat motor yang sama seperti yang dikendarai Arlan.
Ia buru-buru turun begitu Rakil menyampingkan motor. Kakinya menyebrangi jalan tergesa-gesa bahkan tak menengok kanan kiri, untungnya jalanan sedang sepi. Hujan semakin deras diiringi suara-suara petir yang menggema.
"Arlan." Syila menurunkan badannya, mensejajarkannya dengan laki-laki yang tengah menelungkupkan kepalanya di teras sebuah ruko.
Tangannya mengangkat kedua sisi wajah itu. Hatinya entah kenapa terasa menyengat melihat laki-laki di depannya terlihat lemah.
"Ngapain lo disini?" Ujarnya dengan mata yang memancarkan kemarahan.
"Ayo pulang." Syila berusaha menggapai tangan Arlan, namun tangannya balik dihempas.
"Kenapa lo sok-sokan khawatir sama gue hah?" Tanya Arlan dengan keringat yang mengucur.
Syila membawa Arlan ke dalam dekapannya, memeluknya erat. "Diam." Perintahnya tegas.
Bersamaan dengan perintahnya terdengar suara petir menyambar, Syila sontak menggunakan kedua tangannya untuk menutupi telinga Arlan. Ia mengusap bahu Arlan yang bergetar hebat. Pasti terasa menyakitkan saat ini, ketika hujan dan petir membangkitkan memori kelam terdahulu.
"Ayo bantuin gue." Ucap Syila pada Rakil dan Argan. Mereka membopong Arlan untuk menduduki jok belakang motor Argan. Sedangkan untuk motor Arlan sendiri, mereka sampingkan di dekat ruko untuk sementara. Untungnya lokasi ini sudah cukup dekat dengan rumah.
Begitu sampai, Syila buru-buru meminta mereka membawa Arlan ke kamarnya. Saking lemahnya, kesadaran Arlan hanya tersisa sedikit. Setiap petir kembali terdengar, ia akan kembali berteriak dengan mata terpejam kuat.
"Lo berdua tolong gantiin bajunya." Perintah Syila menunjuk Arlan yang tengah berbaring.
Argan menunjuk Rakil. "Lo aja." Gidik Argan sambil berucap.
Rakil bingung harus mengarahkan telunjuknya kemana. "Lo aja Syil."
"Gila ya lo berdua, buruan sana gantiin gue mau ganti baju sama ambilin obatnya dulu." Syila mendorong mereka berdua ke arah lemari.
Berselang lima menit, Syila kembali membawa nampan berisi segelas air dan obat. Arlan sudah menganakan celana dan kaos baru yang lebih nyaman.
"Pulang aja, kasian baju kalian basah." Ucap Syila pada mereka berdua.
Argan berjalan mendekat. "Yaudah kita duluan, tolong jaga Arlan."
Syila dengan cepat mengangguk. "Pasti, makasi udah bantuin." Ia mengembangkan senyumnya yang ramah.
"Balik dulu." Tukas Rakil sebelum keluar kamar bersama Argan.
Syila mendudukkan diri di sisi kasur sebelah Arlan tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Remaja Satu Atap (END)
Teen FictionBagaimana ketika Syila ditemukan takdir bahwa ia harus tinggal satu atap dengan seorang laki-laki yang ternyata juga most wanted di sekolah baru nya nanti. Jika kalian berpikir karena hamil? Tenang, bukan itu alasannya. Alasannya sederhana yang memb...