Part 32 "Sakit"

68.7K 7.1K 117
                                    

Yuk jangan jadi silent readers ;)
1 vote kamu berarti sejuta bagi penulis❤

Syila yang sebelumnya melamun dibuat tersadar oleh suara pintu yang terbuka.

"Minum obat dulu." Perintah Arlan yang membawa gelas berisi air dan pil.

Syila bangun dari posisi tidurnya menjadi duduk. Ia mengambil pil dan air yang dibawa Arlan lalu segera meneguknya. "Makasi."

Arlan di hadapannya berdiri dengan ekspresi yang datar dan kedua tangan disilangkam di depan dada. Kepalanya ia anggukkan sebegai balasan dari ucapan terimakasih Syila.

Syila memainkan jemarinya di bawah selimut. "Ehm Arlan, gue mau ngomong sesuatu."

"Ngomong." Jawab Arlan.

Syila meneguk ludahnya kasar sebelum mulai berbicara. "Tadi siang di kantin gue kasi tahu semua kalo hubungan pacaran kita pura-pu.."

"Gue tahu." Potong Arlan menghentikan kalimat yang terlontar.

Syila yang tadi menatap jemarinya seketika berubah tertuju pada lawan bicaranya. Jadi Arlan sudah tahu, ah tentu saja berita seperti itu pasti tersebar cepat di seluruh penjuru sekolah.

Syila kembali menundukkan kepalanya yang kadang kala terasa nyeri. "Itu berarti sikap lo ke gua bakal berubah."

"Kenapa harus berubah?" Tukas Arlan sembari melangkah mendekat dan sedikit mencondongkan badannya.

Lidah Syila kelu untuk menjawab hingga membuat Arlan kembali melontarkan pertanyaan lain.

"Takut Erga cemburu?"

Syila mendongakkan kepalanya dengan alis yang mengernyit.

"Kenapa lo selalu sangkut pautin sama Erga?" Tanya Syila tak habis pikir. Syila tak mengerti apa sebenci itukan Arlan pada Erga.

"Karena itu yang gue liat..." Sorot mata Arlan berubah kian tajam dan tersirat kekecewaan. "dan gue tangkep."

Syila menegakkan badannya yang tadi ia sandarkan di penyangga kasur. "Gue sama Erga cuman te.."

"Tadi lo dari rumah Erga kan?"

Arlan ternyata tahu, tapi bagaimana bisa..

Satu alisnya Arlan naikkan dengan raut mengintimidasi. "Lo ngapain aja disana?"

Nada bicara Arlan terdengar begitu menyingging bagi Syila, seolah ia telah melakukan hal yang aneh-aneh. Ia tak lagi duduk, kedua kakinya menapak lantai. Rahang Syila mengetat, kenapa Arlan harus berpikir sejauh itu tentangnya. Apa selama ini tinggal serumah tidak bisa membuatnya paham akan sifat Syila, ia bukan perempuan seperti itu.

Syila mendorong bahu Arlan dengan telunjuknya. "Apa lo pikir dalam keadaan sakit gini gue masih bisa bertingkah aneh-aneh?"

Syila berjalan kian mendekat, memojokkan Arlan.

"Asal lo tahu gue kehujanan Arlan dan lo tahu karena apa, karena LO." Telunjuk Syila menghunus lurus menunjuk wajah laki-laki itu.

"Lo kira gue nggak ngerasain apa-apa setelah ngebongkar hubungan pura-pura kita disaat entah kenapa gue merasa bersalah karena gue mulai nyaman sama lo. Dan disaat gue pingin bicarain, mata gue harus liat lo berdekatan sama Gladys. Ironis banget Lan sampai di bawah air hujan yang ada di otak gue tetep lo." Tanpa sadar air matanya turun.

Tak nyata tapi Arlan merasa seperti tertampar.

"Syila." Arlan memegang bahu Syila namun langsung dihempaskan paksa.

"Dan lo tahu siapa yang menawarkan peneduh, Erga orangnya Arlan bukan lo." Syila menjatuhkan kepalanya di dada Arlan bersamaan dengan tangisnya yang semakin pecah diiringi sesenggukan. Tangannya memukul dada Arlan sekuat tenaga.

Romansa Remaja Satu Atap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang