Selamat malam semua, apa kabar kalian???? Siapa yang udah nungguin ini update???
Jangan lupa vote dan komen ya, karena satu berarti sejuta bagi penulis 💗💗
Selamat membaca....
3 minggu kemudian…
“Gila, akhirnya kelar juga ni neraka jadi-jadian.” Lugas Rara merentangkan tangannya lebar-lebar ke udara menghirup oksigen di sekitar dengan rakus.
Ilma menoel kepala Rara dari samping seraya terkekeh kecil. “UAS aja lo katain neraka, kalo gitu masih banyak dong neraka yang nunggu lo di depan.”Ujar Ilma memperingati. Ingat dunia kerja mungkin tidak menetapkan KKM, tapi bukan berarti lebih bebas dari SMA. Jangankan kerja, dunia perkeluhian yang lebih terdahulu menanti mereka pasti tak kalah beratnya.
Seva menoleh ke samping setelah merapikan alat-alat tulis di meja. “Syila lo liburan semester ngapain?”
Syila tersenyum kecil, menginngat percakapan di telepon beberapa waktu lalu. “Rencananya bakal ke Semarang sih sama ibu yang lagi cuti, kangen suasana disana juga." Ujarnya yang langsung dihadiahi anggukan kepala oleh ketiga sahabatnya.
Mungkin di hari Syila kembali bertatap muka dengan ibunya menjadi hari Syila mencurahkan semua masalah yang dihadapinya selama ini. Ia masih menangis dan termenung setiap hari. Terutama karena semua tempat di keseharian Syila selalu mengingatkannya terhadap laki-laki itu, sekolah dan rumah.
Ilma melangkah ke depan, tangannya tergerak mengusap bahu Syila pelan. “Kalo sedih lo bilang-bilang ya, jangan dipendam sendiri.”
“Kita siap jadi telinga sama bahu buat lo.” Tambah Seva menyetujui.
“Bener banget.” Sahut Seva menambahi. Mereka bertiga tahu jelas gadis itu masih terlarut dalam kesedihan karena Arlan. Sekolah juga terasa sedikit aneh tanpa kehadiran pacar sahabatnya itu. Baik Seva, ilma, maupun Rara merindukan tingkah pasangan manis ini. Raut wajah dan tingkah keseharian Rakil dan Argan ikut berubah, tidak seceria sebelumnya.
Syila menghela nafas lega dengan kedua sudut bibir yang semakin ditarik. Kepalanya dianggukkan dengan lembut. “Pasti, nanti sebelum libur ke Magelang gue juga mau kumpul bareng dulu sama kalian, kan masih seminggu lagi.”
Rara mengerucutkan bibirnya. Ia membuka kedua tangan dan memeluk tubuh Syila erat. “Lo jangan lama ya disana, ntar gue kangen.” Tukasnya dengan nada merengek. Sebenarnya Rara ingin mereka menghabisi libur semester bersama, tapi apa boleh buat. Waktu Syila bersama ibunya pasti lebih penting.
Seva dan Ilma membuat kontak mata selama beberapa detik lalu ikut berhambur melingkari Syila. Untung kelas sudah kosong, jika tidak ini tentunya terlihat memalukan. Tidak menyangka Syila telah menghabiskan berbulan-bulan dalam hidupnya di Jakarta. Meski miris, Syila cukup bangga karena dirinya bisa bertahan sendiri. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya ia akan hidup terpisah oleh jarak yang jauh seperti ini dengan ibunya. Banyak pelajaran hidup juga Syila dapatkan, dua di antaranya adalah pertemuan dengan Arlan dan ayahnya kembali.
“Lo hebat Syila, makasi udah jadi hebat buat diri sendiri.”
…
Baru saja Syila melepas semua pakian sekolah dan mengganti dengan pakaian rumah yang nyaman, handphone di atas meja mengambil alih perhatiannya. Kakinya melangkah ke sana dengan mata yang mengintip nama si penelepon.
Ludah Syila tertelah mentah-mentah melihat tulisan ibu. Entah kenapa semenjak ia menyembunyikan apa yang terjadi, setiap ibunya menelpon ia akan menjadi sangat gugup. Diambilnya handphone tersebut dan diangkatnya panggilan dari sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Remaja Satu Atap (END)
Teen FictionBagaimana ketika Syila ditemukan takdir bahwa ia harus tinggal satu atap dengan seorang laki-laki yang ternyata juga most wanted di sekolah baru nya nanti. Jika kalian berpikir karena hamil? Tenang, bukan itu alasannya. Alasannya sederhana yang memb...