Extra Part "Unexpected"

57.2K 4.3K 916
                                    

Apakah notifikasi update ini cukup menjadi kejutan tengah malam buat kalian???

Seberapa kesal kalian karena dibuat menunggu lama??
Tolong maafkan author 😆😁

Btw cerita ini sedang dalam proses penerbitan
Terimakasih banyak untuk semua pembaca, komen, dan votenya
Jangan lupa follow ig aku @ayu.suciari untuk dapat kabar² selanjutnya ❤❤

Enjoy reading

Syila terduduk di balkon hotel dengan selimut tebal membungkus seluruh tubuhnya erat-erat. Pikiran nakalnya berandai-andai lengan Arlanlah yang menggantikan fungsi selimut, pasti lebih hangat. Oh tidak-tidak, Syila harus segera menghentikan imajinasinya. Semakin ia berharap lebih semakin realita menamparnya dengan jarak mereka yang nyata.

Meski angin berhembus menusuk kulit dari celah-celah selimut, Syila tetap tinggal pada posisinya dengan handphone yang berada dalam genggaman. Ia menunggu panggilan dari seseorang yang sepertinya sekarang tengah tertidur lelap. Syila tidak tega menelpon lebih dahulu, lagipula matanya belum menunjukkan tanda-tanda keberatan untuk terbuka lebih lama. Ditambah pemandangan seantero kota yang disinari lampu gemerlap sudah lebih dari cukup menemani kesendiriannya.

 Ditambah pemandangan seantero kota yang disinari lampu gemerlap sudah lebih dari cukup menemani kesendiriannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Syila, ibu tidur duluan ya." Tukas ibunya dari dalam yang terserang kantuk lebih cepat.

Syila menoleh ke belakang dan mengangguk dengan cepat. "Nanti Syila nyusul, mimpi indah bu."

Tepat ketika kepalanya kembali berbalik ke depan, handphone Syila bergetar. Senyum terbit di wajah kala nama itu tertera jelas di layar dengan permintaan panggilan video. Sungguh ini bukan pertama kalinya mereka melakukan video call meski memang telah sekian lama, namun Syila menjadi sedikit gugup.

Tangannya menekan tombol menyambungkan setelah menyelipkan rambut-rambut yang berantakan di belakang telinga. "Halo...."

Kondisi sekitarnya yang cukup gelap membuat wajah Syila terlihat buram, tetapi tidak dengan wajah seseorang di seberang sana. "Arlan? Kamu itu lagi nangis?"

"Hiks..hiks.."

Laki-laki itu menunduk malu dengan tangan yang terangkat mengusap air mata. "Aku ketiduran berjam-jam sampai lupa nelpon kamu, maaf..." Ujarnya dengan suara yang bergetar. To do list pertama untuk Arlan besok adalah membersihkan telinganya. Sudah lebih dari sepuluh alarm ia setel namun tak satupun berhasil membangunkan. Matanya membulat dengan cepat tadi begitu menyadari waktu pukul satu pagi, sangat terlambat. Saking paniknya ia sampai tidak bisa mengontrol air muka dan air mata.

"Arlan it's okay. Kamu pasti capek baru pulang juga, jangan nangis dong." Bujuk Syila layaknya berusaha menghentikan tangis anak kecil. Ingin rasanya ia tertawa, tapi pasti akan sangat memalukan bagi Arlan. Bayangkan saja ia sama sekali tidak berekspetasi akan dihadiahi tangisan. Kepalanya menoleh ke samping sesekali menahan tawa yang hampir saja lepas.

Romansa Remaja Satu Atap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang