Cahaya matahari menembus celah-celah, menyinari semesta dengan sinarnya. Jam menunjukkan pukul 7.00 pagi saat ini. Syila di dalam kamar sudah rapi dengan balutan pakaian yang sederhana dan nyaman. Hari ini Tante Rita mengajaknya berbelanja kebutuhan rumah di awal hari, mungkin mereka akan berangkat sekitar satu jam lagi.
Syila memastikan penampilannya sekali lagi di hadapan cermin. "Oke, udah cantik." Membuka pintu, Syila berjalan turun.
Di dapur, Tante Rita tengah menyiapkan sarapan pagi di atas meja.
"Pagi tante." Sapa Syila hangat mendekat.
Tante Rita menatap Syila berbinar. "Pagi, yaampun kamu cantik banget Syila." Puji tante Rita.
Syila tersenyum ramah. "Tante buat sarapan apa?"
"Cuman buat sandwich aja kok." Tante Rita menunjuk jejeran sandwich di atas meja makan. "Oh ya Syila, ini udah jam berapa ya?"
Syila mengecek jam di pergelangan tangannya. "Jam 7.10 tante, kenapa?"
Tante Rita menepuk jidatnya. "Astaga, Syila kamu tolong bangunin Arlan ya, sekolahnya dimulai jam 7.30. Tante udah capek dengerin teguran guru soal dia yang selalu telat." Tante Rita melenggang pergi begitu saja setelah meminta Syila melakukan permintaannya, tanpa memberikan Syila kesempatan untuk berkata-kata.
Syila menghela nafas pelan, ia kembali berjalan ke atas. Tangan Syila terulur untuk mengetuk pintu, namun pintu justru terbuka sebelum sempat ia ketuk.
Syila terlonjak kaget. "Astaga setan."
Arlan mengangkat satu alisnya. "Mau berapa kali lo manggil gue setan?" Tanyanya malas.
"Ya sorry abisnya lo mirip setan." Ucap Syila ceplos.
Arlan mengerutkan alisnya. "Apa lo bilang?"
Syila menepuk bahu Arlan pelan. "Santai, gue cuman bercanda. Kasian setannya dibandingin sama orang kayak lo."
Tak berniat berdebat di pagi hari, Arlan memilih untuk menanyakan hal lain. "Ngapain lo di depan kamar gue pagi-pagi?"
Syila mengembangkan senyumnya lebar. "Gue mau bangunin lo, baik kan gue?"
"Terserah lo." Arlan melangkah maju, meninggalkan Syila di depan pintu kamarnya.
Syila hanya berdecih sinis ditinggalkan begitu saja, namun perhatiannya teralihkan oleh seragam Arlan. Benar-benar terlihat seperti badboy di novel-novel, baju yang dikeluarkan, dasi yang entah dimana, rambut yang sedikit berantakan, ukuran baju yang membalut badannya pas tidak kebesaran atau terlalu ketat dan jangan lupakan tas yang hanya digantungkan pada satu pundak.
"Ngapain lo ngeliatin gue? Terpesona?" Tukas Arlan membuat Syila kembali tersadar ke permukaan.Syila memalingkan mukanya, malu kepergok memperhatikan Arlan terang-terangan dari atas hinga bawah. "Kepedean lo." Elak Syila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Remaja Satu Atap (END)
Teen FictionBagaimana ketika Syila ditemukan takdir bahwa ia harus tinggal satu atap dengan seorang laki-laki yang ternyata juga most wanted di sekolah baru nya nanti. Jika kalian berpikir karena hamil? Tenang, bukan itu alasannya. Alasannya sederhana yang memb...