Yuk jangan jadi silent readers ;)
1 vote kamu berarti sejuta bagi penulis❤Wajib jawab beberapa pertanyaan di bawah sehabis part ini okee 😊....
"Pak, saya minta tolong jalannya cepetan dikit ya." Pinta Syila menepuk bahu sang ojek pelan. Sial, pertandingan pasti sudah dimulai dan ia jelas terlambat. Andai saja ia punya kantung doraemon, akan dibukanya pintu kemana saja.
"Iya neng." Jawab ojek tersebut seraya mencari celah untuk menambah kecepatan motornya.
Begitu sampai di tempat pertandingan, terlihat parkir begitu penuh diisi oleh kendaraan-kenadaraan penonton lain. Buru-buru Syila turun dan membayar ongkos. Pandangannya mengedar mencari pintu masuk.
Akhirnya, mata Syila menangkap laki-laki dengan seragam basket tersebut tengah mengoper bola. Ingin rasanya ia meneriaki Arlan bahwa dirinya sudah disini. Saking padatnya tempat duduk, Syila terpaksa mengambil handphone dan menelpon Rara. Setidaknya ia lebih tenang karena satu tempat duduk dijaga untuknya.
"Ra, lo dimana?" Gue udah di pintu masuk nih.
"Kita duduk di sisi timur, sini buruan."
"Oke-oke."
Buru-buru kakinya melangkah menuju tempat yang diarahkan Rara. Matanya tak lepas dari pertandingan meski beberapa kali ia sampai tersandung kecil karena sama sekali tak memperhatikan jalan.
"Lo darimana aja?" Tanya Seva melihat kedatangan sahabatnya.
Kursi yang tadi mereka tutupi dengan tas dibersihkan kembali dan dipersilahkan untuk Syila dudukki.
Syila meletakkan tasnya di atas pangkuan. "Tadi ada urusan, pertandingannya gimana?"
"Sekolah kita ketinggalan dua poin." Jawab Ilma menunjuk papan skor yang terpajang di seberang mereka.
Helaan nafas resah keluar dari bibir Syila sembari memainkan jari dengan penuh gugup. Hanya saja laki-laki itu berlatih dengan sangat keras begitu juga dengan timnya, mereka layak untuk menang. Tapi bagaimanapun juga ini tetap pertandingan, menang maupun kelah harus tetap diterima.
Di lain sisi Argan yang tidak sedang mengendalikan bola secara singkat menyadari kedatangan Syila. Dan ia menyadari juga bahwa Arlan belum memperhatikan itu, pantas saja wajahnya masih kusut. Mereka harus mengejar poin yang tertinggal, tentunya dengan membangkitkan kembali semangat sang singa. Meski ada empat singa lainnya, kekurangan satu singa tetap mempengaruhi kekuatan mereka.
"Syila datang." Kata Argan seraya menyenggol lengan Arlan singkat lalu berlari setelah menerima operan bola.
Sontak Arlan menghentikan langkah kakinya, ia menoleh ke sisi timur dan benar saja ia mendapati gadis itu terduduk dengan cemas disana. Ingin rasanya ia memanggil, namun Arlan ingat dirinya berada di tengah-tengah pertandingan. Senyuman lebar terulas di wajah dengan ambisi yang meningkat pesat.
"Kil.." Panggil Arlan meminta bola.
Dalam sedetik bola melambung ke atas dan berhenti tepat di telapak tangan Arlan. Dengan segenap kemampuannya, di three line point Arlan mengangkat kaki dan menembak bola tersebut menghadiahkan ketegangan.
.
.
."Yess." Satu teriakan paling menggelegar terdengar begitu bola berhasil masuk dan SMA Cendrawasih mencetak tiga poin langsung.
Rara, Ilma, dan Seva hanya mampu menahan ketawanya melihat aksi Syila yang bersorak begitu ria hingga bangkit dari duduknya. Meski penonton yang lain sama gembira, hanya saja gadis itu benar-benar mencuri perhatian, termasuk fokus para pemain.
"Arlan semangatttttt!!!"
Sungguh, Syila sudah tak peduli dengan urat malunya lagi. Bodo amat jika orang memandanginya aneh, penonton memang berperan untuk memeriahkan pertandingan bukan. Sekalian ia menghalau tatapan-tatapan perempuan yang terang-terangan menatap Arlan dan terlihat semakin memuja tat kali laki-laki itu berhasil melalukan three point. Tunggu... ia bahkan bukan siapa-siapanya Arlan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Remaja Satu Atap (END)
Teen FictionBagaimana ketika Syila ditemukan takdir bahwa ia harus tinggal satu atap dengan seorang laki-laki yang ternyata juga most wanted di sekolah baru nya nanti. Jika kalian berpikir karena hamil? Tenang, bukan itu alasannya. Alasannya sederhana yang memb...