Yuk jangan jadi silent readers ;)
1 vote kamu berarti sejuta bagi penulis❤"Arlan." Syila mengetuk pintu kamar Arlan dua kali. "Gue boleh masuk?" Tanya Syila meminta izin. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri sembari menunggu jawaban Arlan yang entah kenapa sangat lambat.
Tiba-tiba pintu terbuka begitu saja dan tangan Syila ditarik masuk ke dalam.
"Ngapain minta izin segala." Tukas Arlan dengan satu alis terangkat.
"Kok lo main tarik-tarik sih?" Tanya Syila tak percaya. Rasanya baru sedetik yang lalu ia di luar sekarang Syila sudah di dalam kamar dengan pintu yang ditutup.
Arlan menggaruk rambutnya yang tak gatal. "Yakali aja lo udah kangen atau nggak sabar berduaan sama gue."
Plak...
Syila menggeplak lengan Arlan kesal. "Siapa juga yang kangen." Ia datang untuk mengobati luka Arlan. Syila merasa bersalah, camkan ya wahai para pembaca bukan khawatir.
"Sakit." Arlan merengek kecil seraya memegang lengannya.
Syila berjalan menuju sofa. "Ngomong jangan ngasal." Begitu ia mendudukkan badannya, Syila memerintahkan Arlan untuk ikut duduk dengan tangannya. Wajah Arlan yang sebelumnya cemberut berubah senang seketika. Tak ingin membuang kesempatan, Arlan dengan segera mengisi sisi samping sofa sebelah Syila.
"Ekhemm..." Syila menggeser badannya sedikit ke samping.
Tangan Syila kemudian terulur mengambil telapak tangan kiri Arlan. Ia membaliknya dan menemukan luka akibat air panas itu sedikit memerah. Untungnya tak sampai melepuh atau membuat kulit Arlan terkelupas. Syila membuka tutup salep yang sedari tadi berada di dalam genggamannya. Dengan perlahan dan lembut ia mengoleskannya di sekitar luka bakar ringan tersebut.
Arlan memperhatikan wajah Syila yang serius dengan seksama. Setelah melihatnya begitu dekat seperti ini, Arlan sadar akan fakta bahwa Syila cantik, bahkan sangat. Tanpa sengaja ia merapikan anak rambut Syila yang keluar dan ia selipkan di belakang telinga. Hal itu sontak membuat Syila terdiam dan mendongak menatap Arlan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Remaja Satu Atap (END)
Teen FictionBagaimana ketika Syila ditemukan takdir bahwa ia harus tinggal satu atap dengan seorang laki-laki yang ternyata juga most wanted di sekolah baru nya nanti. Jika kalian berpikir karena hamil? Tenang, bukan itu alasannya. Alasannya sederhana yang memb...