Part 39 "Double Kill"

59.5K 7K 609
                                    

Yuk jangan jadi silent readers ;)
1 vote kamu berarti sejuta bagi penulis❤

"Nggak masalah kan pulangnya bareng gue juga?" Tanya Erga melirik Syila yang duduk di kursi penumpang.

Syila ikut menoleh ke samping, menemukan Erga tengah menyalakan mobil. "Nggak lah, malah gue yang makasih banget dapat tumpangan gratis." Tangannya terulur ke samping mengenakan seat-belt.

Tadi sepulang sekolah, Erga yang tak sengaja berpapasan dengan Syila menawarkan tumpangan pulang. Karena menurut Syila tidak ada alasan untuk menolak, jadi dengan senang hati ia terima. Bagimana dengan Arlan, ia sama sekali belum melintas di depan Syila hari ini, bak hilang ditelan bumi.

Erga menghidupakan musik di dalam mobilnya. "Jadi ke toko buku?" Tanya Erga seraya melirik Syila dengan ekor matanya. Gadis di sampingnya tampak sibuk memandangi jalanan sebelum mendengar pertanyaan Erga.

Syila berfikir sebentar. "Nggak ngerepotin?" Ucap Syila ragu, Erga sudah terlalu baik padanya hari ini, tidak ia bahkan selalu baik sejak awal.

Erga tertawa kecil, menghangatkan suasana. "Enggak lah, sekalian gue mampir ke toko alat musik sebelah."

Syila lantas mengangguk-nganggukkan kepalanya. "Boleh deh, btw makasi ya."

"Sama-sama."

Sepuluh menit berlalu, mobil Erga terlah terpakir di depan toko buku. Mereka berdua melangkah berbeda arah. Erga baru masuk ke dalam toko alat musik setelah memastikan Syila sudah berada di dalam toko buku. Begitu melangkah masuk, Erga menyapa sang penjaga toko yang sudah akrab dengannya.

Tangan Erga terulur mengambil salah satu gitar dan mulai memainkannya. Ia memang sempat berfikir untuk mencari gitar baru. Seraya mengetes gitar yang dicobanya, Erga dengan santai bercakap dengan penjaga toko.

Suara Erga mulai menggema di seisi toko. Ia hanya asal menyanyikan lagu yang melintas di otaknya, hingga kehadiran seseorang di belakangnya menyita fokus Erga.

"Udah selesai milih bukunya?" Tanya Erga dengan gitar yang masih di atas pangkuan.

Syila duduk di kursi sebelah Erga. Ia menunjukkan satu buku yang dibelinya. "Udah, lo ngapain?"

Erga memutar arah duduknya menjadi berhadapan dengan Syila, lututnya bersentuhan dengan lutut Syila. "Mau gue nyanyiin nggak?"

Syila menyatuan alisnya dan menatap sekitar takut-takut. "Disini?"

Erga meyakinkan Syila dengan matanya. "Iya."

Tanpa menunggu jawaban Syila, Erga mulai memetikkan senar gitarnya. Nada-nada lagu mulai bersenandung keluaf dari mulutnya. Syila berusaha menikmatinya meski ia merasa sedikit malu dengan si penjaga toko.

Mata Erga sesekali terarah tepat ke pupil Syila. Tatapan itu membuat Syila sedikit salah tingkah. Suara Erga sendiri begitu merdu dan gitar menyeimbanginya dengan baik.

And let me love you baby
Let me love you...

Syile menepukkan kedua tangannya di alunan lagu terakhir. Ia memberikan kedua jempolnya, mengapresiasi betapa mahirnya kemampuan Erga.

"Yuk pulang." Ajak Erga setelah mengembalikan gitar kepada si pemilik toko.

Syila mengangguk mengiyakan. Mereka berdua lantas berjalan bersama keluar toko.

"Gimana tadi nyanyinya?" Tanya Erga setelah memasuki mobil.

Syila menoleh ke samping setelah mengetatkan seat-belt. "Perlu ditanya lagi? Bagus banget lah." Syila meletakkan tasnya ke atas pangkuan. "Nanti yang jadi cewek lo pasti beruntung, bisa sering dinyanyiin." Tukas Syila yang setelahnya menatap Erga di kursi kemudi.

Romansa Remaja Satu Atap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang