Part 2 "Kedipan"

157K 14.6K 314
                                    

Jam menunjukkan angka tujuh dan langit yang sebelumnya berwarna oranye telah berubah menjadi gelap gulita, namun Syila masih seorang diri di rumah yang besar itu. Entah apa yang dilakukan Tante Rita dan Arlan di luar sana.

"Yah kok putus sih, padahal kan udah manis-manisnya." Keluh Syila, ya saat ini ia tengah terduduk di sofa dengan sebuah novel di genggaman tangannya, kini membaca novel bagi Syila bukan lagi sebuah hobi melainkan kebiasaan. Syila menutup bukunya kasar dengan bibir yang dimajukan. Bagaimana ia tidak kesal novel yang ia baca malah berakhir dengan sedih padahal ia adalah penggemar berat happy ending.

Suara pintu yang tiba-tiba terbuka menghentikan kegiatan Syila, ia lalu bangkit dari duduknya.

"Syila, maaf ya tante lama banget di luarnya." Ucap Tante Rita begitu melihat Syila berada di ruang tamu.

Syila berjalan mendekat. "Gapapa tante, dulu di rumah udah biasa sendiri juga."

"Kamu udah makan malam belum?"

Syila menggeleng. "Belum sih tante, emang kenapa?"

Tante Rita menarik tangan Syila menuju dapur. "Gimana kalo kita masak bareng? Kebetulan mbok di rumah lagi pulang kampung, kamu bisa masak?"

"Bisa kok tante, dulu sering diajarin sama ibu." Jelas Syila.

"Oke, kita masak ayam kecap sama sayur sup aja." Ajak tante Rita, lalu memberi sebuah celemek pada Syila.

Tanpa ragu, Syila dengan telaten membantu menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan. Di sela-sela kegiatan memasak mereka, banyak hal yang dibincangkan dengan satu sama lain, hingga tak terasa lagi perasaan asing diantara keduanya.

"Untung ada kamu, tante dari dulu pingin banget masak sama anak, tapi Arlan nggak pernah mau, dia mah jadi tukang makannya aja." Kata tante Rita dibarengi dengan kekehen.

Syila tersenyum lembut, mendengar perkataan tante Rita membuatnya teringat dengan suasana rumah. "Tante tenang aja, saya pasti mau kapanpun tante ajak masak bareng lagi." Balas Syila.

Tante Rita mengalihkan perhatinnya pada Syila. "Kamu tau nggak kenapa tante buat masakan-masakan ini?"

Syila berpikir sebentar sebelum akhirnya ia menggeleng.

"Kedua makanan ini makanan kesukaan Arlan, tante jarang bisa masakin dia, karena kamu tahulah jadi single parent membuat tante jadi lebih sibuk untuk mencari nafkah." Tante Rita menghela nafas pelan.

Syila yang peka akan keadaan, mengelus pundak tante Rita. "Saya ngerti tante, ibu saya juga gitu. Arlan pasti bisa ngertiin kok."

Tante Rita merentangkan tangannya yang lalu disambut hangat oleh Syila.

"Makasi kamu bisa ngertiin tante, rasanya kamu udah kayak anak tante sendiri aja." Ucap tante Rita sebelum pelukan mereka terlepas.

Syila senang, pelukan ini membantunya mengobati rasa rindu pada sang ibu, terasa hangat membuatnya merasa disayangi.

Tak terasa 30 menit berlalu, saat ini mereka tengah menghidangkan kedua makanan lezat tersebut di atas meja, sebelum akhirnya dering ponsel tante Rita menginterupsi. Tante Rita beralih mengambil ponsel di dalam tasnya lalu mengangkat telepon tersebut.

Syila dapat melihat keseriusan pada percakapan tante Rita, sepertinya hal yang cukup penting. Dan benar saja, tante Rita tiba-tiba merapikan tasnya tampak bersiap untuk pergi lagi.

"Syila, kamu makan nanti berdua sama Arlan dulu ya. Tiba-tiba tante ada urusan mendadak di butik. Tante pergi dulu ya."

Syila mengangguk lalu tante Rita berjalan menuju pintu rumah. Belum tante Rita sempat memegang handel pintu, seseorang telah membukanya dari luar.

Romansa Remaja Satu Atap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang