Part 72 "Pergi"

35.1K 4.1K 418
                                    

Malam semuanyaa 🤗🤗, I'm back dan sekarang si laptop udah sembuh dan sehat. Absen dulu ni mana yang udah nunggu-nunggu???

Btw sebelumnya kan aku bilang mau double up, tapi kayaknya aku milih jadiin satu part aja tapi isinya setara sama dua part gitu :)

Jangan lupa vote dan komen, sebanyak-banyaknya ❤❤❤

Anyway, selamat membaca....

"Permisi." Ujar Syila dengan tangan mengetuk pintu kelas yang atasnya berisikan papan kecil bertuliskan XI IPS 3. Matanya menelisik memperhatikan kelas yang baru terisi setengahnya. Masih banyak bangku kosong tersisa, meski jam pelajaran kurang lebih dimulai lima menit lagi.
Seorang murid perempuan datang menghampirinya. Kedua alis perempuan tersebut terangkat seraya menyuarkan pertanyaan. "Kenapa Syil?"

Tangan Syila terjulur ke depan memberikan sebuah amplop putih. "Surat sakit Arlan, dia nggak sekolah hari ini." Sahut Syila ramah.
Gadis tadi menerimanya dengan ekspresi wajah yang bingung. Tentu saja, semua pasti sudah tahu dengan masalah beberapa hari lalu. Pasti mengejutkan melihat Syila kini melakukan sesuatu yang berkaitan dengan Arlan.

"Tolong kasi tahu ke gurunya ya, kalo gitu gue permisi dulu. Makasi."

"Oke, makasi juga." Sahut gadis itu lalu kembali ke bangkunya.

Baru Syila memalingkan badan dan melangkah kembali ke arah kelasnya, sebuah tangan terlebih dahulu menepuk bahu dan memanggil namanya dari belakang. Karena suara tersebut dimiliki oleh orang yang Syila kenal, maka ia tak ragu untuk membalikkan badan.

Argan dan Rakil berdiri di belakangnya dengan nafas berderu. Nampaknya dua laki-laki ini baru saja menyita nafas mereka dengan menghabiskan beberapa jarak melalui kecepatan berlari.

"Kenapa?" Tanya Syila prihatin melihat kondisi mereka berdua.

Argan berdehem singkat, menetralkan kondisi tubuh. "Arlan kenapa nggak ada kabar dari kemarin sore?"

"Lo juga ngapain kesini?" Tambah Rakil dengan beberapa perban yang masih menutup luka di beberapa titik tubuh. Matanya mengintip dalam kelas dari celah jendela. "Arlan juga belum dateng, mana tu anak?"

Syila menunduk ke bawah dengan pikiran gusar. Jadi kemungkinan besar Arlan kemarin pergi di malam hari bahkan tidak ada niatan untuk ditemani sahabatnya. "Dia sakit.." Untuk sepersekian detik Syila terdiam dan menghela nafas kecil. "Traumanya kambuh, kali ini lebih parah."

"Maksud lo?"

"Kok bisa?"

Baik Argan maupun Rakil mengalami keterkejutan yang hebat di tempat. Keempat mata tersebut membulat dengan frustasi. Kecewa dan terpukul. Kecewa karena Arlan tak memberitahu apa-apa ketika laki-laki itu dalam masalah, padahal mereka biasanya akan selalu terbuka. Dan terpukul karena tahu seberapa berat trauma itu bagi psikis Arlan. Setiap hujan besar ditambah petir, Argan dan Rakil selalu membuat alasan bagi Arlan agar laki-laki itu bisa berada di ruang sunyi untuk menenangkan diri.

Kring...

"Udah bel, istirahat gue ceritain." Ujar Syila singkat lalu melengos berbalik arah. Ia cukup sadar bahwa masalah ini tidak perlu ditutup-tutupi dari sahabat Arlan. Mereka mungkin mengenal Arlan lebih baik dari dirinya. Tentu, Syila merasa begitu bodoh saat ini. Bisa-bisanya dia sendiri yang berusaha keras mengajak laki-laki itu sembuh dari trauma, tetapi ia juga yang kembali memperburuknya.

"Lo bodoh Syila.."

...

Syila berjalan seorang diri menyusul sahabat-sahabatnya yang terlebih dahulu menuju kantin. Saking kacau pikiran Syila, ia sama sekali tak bisa fokus dengan tes dadakan yang diadakan guru kimia. Sampai-sampai Syila membutuhkan waktu lebih lama hingga menguras lima menit waktu istirahatnya bersama beberapa teman kelas lain yang sama kesusahan mengerjakan soal. Benar yang dikatakan orang-orang, seberapa baik atau keras kamu mencoba fokus, jika badan dan pikiran berada di dua tempat yang berbeda itu akan percuma.

Romansa Remaja Satu Atap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang