Part 75 "Lukisan untuk Arlan"

29.7K 4K 606
                                    

Maaf sebanget-bangetnya karena baru update setelah satu minggu. Beberapa hari lalu aku ada ulangan 3 pelajaran satu hari dan beberapa masalah kecil di rumah. Kalian jangan marah ya ✌✌

Gimana kabar kalian???
Kangen nggak sama Arlan Syila??

Jangan lupa vote dan komen 💗, karena 1 berarti sejuta bagi penulis.

Btw maaf kalo update ini juga nggak panjang banget, but anyway selamat membaca....

Lebih dari dua minggu Syila habiskan waktunya mengurung diri di dalam kamar, seperti saat ini di balik selimut menggenggam erat jaket kesukaan Arlan. Diendusnya bau khas laki-laki itu yang masih tertinggal. Bunyi perut yang terus meminta diisi diabaikan olehnya. Ia justru beranjak bangun dan menduduki kursi. Tangannya terulur mengambil secarik kertas dan melukis di atasnya.

“Lagi ngapain Lan?” Narasinya sendiri tanpa ada suara yang menyahut. Sama seperti hidupnya, goresan tinta hitam menari di atas kertas. Tak sama sekali tersentuh warna-warna lain selain putih, abu-abu, dan hitam, gelap.

Air matanya tanpa sadar terjatuh di ujung kertas. “Udah makan kan? Udah cukup tidur?”

Lututnya tertekuk ke atas menenggerkan kepala di antara lekukan dengan lesu. Tak sekalipun sudut bibirnya tertarik selama ini. Jikapun tertarik itu hanya berupa senyuman palsu untuk orang-orang yang menyapanya. “Lebay emang, tapi hidup tanpa lo berat juga ya. Gue kira gue kuat, ternyata enggak.”

Begitu lukisannya menampakkan jelas wajah Arlan yang tengah tersenyum, di detik itu juga senyum tulus pertama Syila terbit hari ini. Memorinya masih mengingat jelas rupa laki-laki itu meski sudah lama tak berjumpa. “Disana nggak hujan kan Lan? Gue kangen banget sama lo.” 

“Gue kangen Arlan yang ganteng.”

“Arlan yang nyebelin.”

“Arlan yang penyayang.”

“Arlan yang kaya setan….tapi gue sayang.”

Syila tertawa renyah meledek hidupnya yang penuh penyesalan. Siapapun yang melihatnya sekarang pasti menyadari hidup Syila tengah diselubungi awan gelap dari raut wajahnya yang suram, mata bengkak, dan kantung mata yang hitam. Gadis itu dengan baik menutupinya hanya pada sang ibu. Entah kapan ia akan berani bercerita, hatinya selalu menolak untuk menyeret ibunya ke dalam masalah yang dihadapi.

Satu goresan terakhir dan lukisan itu terlihat begitu sempurna. Syila mengambil pulpen kecil dan membalik kertas. Tangannya bergerak menuliskan satu kalimat bersamaan dengan dua tetes air mata yang mengalir pelan menuruni pipi.

"Your smile is the best Arlan.”

Setelah lukisan kecil itu sepenuhnya selesai, Syila mengambil doubletip lalu beranjak keluar kamar. Dibukanya pintu kamar Arlan yang selalu menjadi tempat singgah berjam-jam disetiap harinya. Senyuman kecil terbit menyadari banyak bagian dinding telah ia penuhi dengan lukisan, mulai dari genggaman tangan mereka, ketika Arlan bermain basket, kegiatan-kegiatan menyenangkan bersama, hingga hujan yang mengambil Arlan darinya. 

“Ganteng banget pacar gue.” Puji Syila memperhatikan lekat-lekat lukisan di depannya.

” Puji Syila memperhatikan lekat-lekat lukisan di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Romansa Remaja Satu Atap (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang