Sorry for the really really late update. Btw apa kabar kalian semua?
Jangan lupa tersenyum ya hari ini 😊15+
Mungkin telat banget aku baru ngasi peringatan padahal ada beberapa part sebelumnya yang mestinya aku kasi peringatan umur. Tapi lebih baik terlamat dibanding ga sama sekali kan :) mohon dimaafkan yaJangan lupa vote dan
Anyway selamat membaca 💗💗
Beberapa jam sebelumnya...
Setelah dua bulan lebih, Arlan kembali memijakkan kakinya di tanah ibukota, Jakarta. Kota ini nyatanya bukan sesuatu untuk ditinggalkan, termasuk orang-orangnya. Setelah mentalnya berubah lebih sehat dan kesembuhan dari trauma yang selama ini menggerogoti, Arlan kembali menjadi versi dari dirinya yang lebih baik.
“Aku pulang Syila.” Kalimat pertama yang mengudara dari bibir Arlan. Matanya berbinar menatap langit biru muda yang cerah.
Senyumnya tersungging ke permukaan. “Gue balik Gan, Kil.”
Sebuah tangan menepuk pundaknya dari belakang. “Ayo pulang.” Ucap orang tersebut lembut.
Arlan menganggukkan kepala dengan antusias. “Yuk ma.”
Setelah perjalanan menit demi menit, Arlan dan mamanya tiba di rumah, rumah yang begitu ia rindukan. Rasa bersalah terbit ketika melihat kembali pintu rumah yang selama ini selalu menjadi penyambut. Di awal-awal waktu pengobatan Arlan benar-benar tidak memikirkan apapun juga siapapun. Otaknya terus memutar balik masa lalu kelam tentang kecelakaan itu juga ayahnya. Sampa ia lupa bahwa banyak orang di tanah ini mengkhawatirkannya. Dikarenakan traumanya yang kian parah, dokter disana dengan perlahan membuat Arlan berdamai.
Mereka membuat Arlan melupakan semua kehidupannya di Jakarta untuk sesaat. Lembaran baru yang lebih baik harus dimulai dan tentunya dengan tekad diri sendiri. Setelah berhasil melawan rasa takut, panik, penyesalan, tidak terima, kecewa, dan frustasi, Arlan kembali menjadikan semua yang di masa lalu sebagai pelajaran untuk kehidupan saat ini juga masa depan.
Pintu mobil dibukanya dengan tergesa-gesa meninggalkan sang mama dan koper di bagasi. Dibukanya pintu rumah yang besar dengan semangat. Tidak ada yang berubah, semua sama. Arlan berlari cepat menuju lantai dua dan membuka kamar Syila, tapi gadis itu tidak ada. Senyum di bibirnya mulai pudar menyadari kamar yang lainnya juga kosong.
Diteriakkannya nama gadis itu dengan lantang, namun tidak ada yang keluar. Setiap sudut rumah ditelusurinya, tetapi nihil. Tangan Arlan terangkat ke atas mengacak rambutnya dengan frustasi.
“Bi Indahh…”
Figur badan yang dikenalnya datang dari arah pojok rumah. “Yaampun nak Arlan udah pulang.” Tukas Bi Indah penuh rasa syukur. Didekatinya anak laki-laki itu dengan mata haru. Bekerja dalam hitungan waktu yang terbilang tak singkat membuatnya tahu dengan jelas apa yang Arlan alami sejak kecil.
“Bi Indah apa kabar?” Tanya Arlan lembut.
“Baik..” Melihat konidisi Arlan yang cenderung tampak gelisah membuatnya bertanya. “Nak Arlan kenapa?”
“Syila mana ya bi?” Tanya Arlan menuju inti masalah. Ditatapnya mata Bi Indah lekat-lekat menanti jawaban.
Bi Indah menghela nafas kecil. “Syila udah berangkat ke bandara….pulang ke Semarang.” Beritahunya dengan berat hati.
Mata Arlan membulat dan bagai tersambar petir, tubuhnya mundur tanpa sadar. Tidak, ia tidak mungkin terlambat. Arlan mengusap wajahnya dengan kasar. “Kapan jalannya ya bi?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Remaja Satu Atap (END)
Teen FictionBagaimana ketika Syila ditemukan takdir bahwa ia harus tinggal satu atap dengan seorang laki-laki yang ternyata juga most wanted di sekolah baru nya nanti. Jika kalian berpikir karena hamil? Tenang, bukan itu alasannya. Alasannya sederhana yang memb...