Yuk jangan jadi silent readers ;)
1 vote kamu berarti sejuta bagi penulis❤"Gendong."
Mulut Arlan terbuka kecil dengan kedua alis terangkat. Apa ia tidak salah dengar? Syila sendiri yang minta digendong? Kenapa gadis itu tiba-tiba berubah manja?
Arlan berjalan mendekat. "Beneran minta gendong?"
Tangan Syila terbentang lebar ke samping. "Cepet."
Sial, Arlan mamalingkan kepalanya seraya tersenyum senang. Jika itu memang yang Syila inginkan, Arlan sama sekali tak keberatan. Ia lantas melangkah kembali ke posisi awal mereka. Badannya dibalikkan dan lututnya mulai turun mencari posisi jongkok. "Naik."
Tanpa menunggu lama, langsung saja Syila meletakkan tubuhnya di punggung Arlan. Tangannya melingkari leher laki-laki itu erat dengan dagu yang bertopang di bahu. Bahkan tanpa malunya kedua kaki Syila mengikat badan Arlan, mendekatkan tubuhnya. Hangat dan nyaman, Syila suka.
"Ayo jalan." Perintah Syila dengan nada suara ceria.
"Girang bener lo." Celetuk Arlan seraya membawa langkahnya menuju motor yang begitu dekat, paling hanya sepuluh langkah. Entah apa yang ada di dalam pikiran gadis dalam gendongannya, di jarak sedekat ini ia tak mau menapakkan kakinya sendiri.
Begitu sampai di sebelah motor, Arlan langsung mendudukkan Syila di jok belakang. Setelahnya ia membalik badan dan mengukung tubuh Syila dari kedua sisi dengan tangan. "Jadi mau kemana tuan putri?"
"Bintang."
Arlan menggelengkan kepalanya kecil. "Maaf, tapi saya bukan astronot, nggak punya roket juga."
Ekspresi Syila berubah seketika karena Arlan yang tak menangkap maksud dari ucapannya. "Tempat yang banyak bintang maksudnya, ishh." Jelasnya kesal seraya mendesis kecil.
Arlan menjentikkan jarinya seolah ada ide yang terlintas. "Langit." Matanya lantas menatap angkasa malam di atas. "Ayo gue bawa terbang pake motor." Ajaknya penuh percaya diri dengan tangan yang mengambil dua helm, satu untuknya dan satu lagi untuk Syila.
"Aww.." Jerit Arlan kecil lantaran perutnya dicubit keras oleh Syila. Mungkin sekarang sudah berubah kemerahan di balik baju yang ia kenakan.
Bibir Syila tercebik kesal dengan sikap Arlan. "Serius dong." Pintanya diakhiri dengan duck face. Untung jurusnya yang keluar tadi cuman cubitan jika sampai ia lebih kesal maka bisa saja lengan Arlan berubah ungu. Ia benar-benar ingin melihat bintang, yang di balkon tadi belum cukup.
"Iya-iya." Balas Arlan dengan wajah bersalah bak dimarahi guru. Tangannya lantas terangkat memasangkan Syila helm dan mengaitkan talinya, setelah itu baru memasang helmnya sendiri. Lalu tak lama Arlan mulai menghidupkan motor dan berkendara membelah jalanan ibu kota. Angin malam membuat rambut Syila yang terurai di luar helm berkibas ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Remaja Satu Atap (END)
Teen FictionBagaimana ketika Syila ditemukan takdir bahwa ia harus tinggal satu atap dengan seorang laki-laki yang ternyata juga most wanted di sekolah baru nya nanti. Jika kalian berpikir karena hamil? Tenang, bukan itu alasannya. Alasannya sederhana yang memb...