Rose terus mengembangkan senyum bahagianya. Ia tak pernah membayangkan akan berada di posisi ini. Rasanya baru beberapa bulan merayakan kelulusan kekasihnya dan sekarang, atas seizin Tuhan, dia juga boleh lulus.
Keramaian memenuhi hotel tempat kelulusan dirayakan.
Acara kelulusan sudah selesai dan sekarang hanyalah acara bebas. Para tamu dan wisudawan SMAN 7 Surabaya itu dipersilahkan untuk makan.
Berbeda dengan Rose yang rupanya mencari sosok lain.
"Cie calon anak UI." Sahutan Mira yang tengah melambaikan tangan kepadanya itu dibalas dengan lambaian tangan. Akhirnya ketemu!
Roseanne Wiyana mendekat kepadanya. Bisa ia lihat gadis sebayanya itu menggunakan pakaian yang sama dengannya--seragam kelulusan yang disediakan sekolah, berupa jubah biru tua panjang.
Mereka berdua sontak memeluk, menyalurkan zat-zat bahagia.
"Mira, lo harus masuk UI yah, biar bisa barengan."
Mira melepaskan dekapan itu. Ia menatap Rose yang sedikit lebih tinggi darinya, karena sepatu hak yang ia pakai. "Lihat aja entar gimana, tau sendiri gue udah resmi bareng orang."
"Ah iya, mana cincinnya gue lihat?" Pertanyaan Rose langsung direspon dengan Mira yang sudah mengangkat tangan kanannya dan mempertunjukkan sesuatu disana.
Cincin putih yang mengelilingi jari manisnya. "Gimana hm?" tanya dia dengan alis yang terangkat.
Rose tersenyum lagi pun memegang jemari sahabatnya itu. "Serius nih, gue iri sama Jeno. Bisa-bisanya itu pak polisi mau sama lo."
"Ya mana gue tahu juga Jeno mau sama gue. Eh hari ini dia mau jemput gue. Lo sama Jahesa?"
Roseanne sontak menggeleng pelan. "Dia lagi sibuk, entar gue naik mobil pribadi."
"Gilak, lo diizinin bawa mobil sama tante Renata?"
"Hooh. Keren kan ibu gue?"
"Keren banget," ucap Mira dengan senyum mengembangnya.
Selesai bercengkrama, Mira pun izin pergi dan meninggalkan Rose di keramaian.
Gadis itu sempat mengulum senyumnya, berusaha menampakkan gemirang yang palsu.
Getaran ponsel mengganggu atensi gadis yang masih setia berdiri itu. Ia bahkan tak punya niat untuk menuju ke tempat makan yang sudah penuh oleh orang-orang.
Mendapati panggilan dari seseorang yang penting dalam hidupnya, Roseanne memutuskan untuk berjalan keluar dari hotel yang begitu riuh.
"Halo?" Gadis itu menaruh ponselnya di telinga sesaat setelah mengangkat panggilan itu.
"Kamu dimana?"
"Lagi di acara kelulusan."
Rose menggigit bibirnya yang dipoleskan lipstick, emosi mendengar tuturan si penelpon. Ia menghentakkan sepatu haknya ke pijakan paving block yang menghiasi area luar hotel.
"Ngapain kesana? Aku kan udah bilang dari dua hari lalu, kamu gausah datang ke acara kelulusan. Hari ini orangtua kamu--"
"Kamu mau jemput aku?" potong gadis itu seakan tak peduli.
Rose bisa dengar jelas decakan lelaki itu. "Jangan potong ucapan aku, Anne."
"Terserah. Aku udah gak ada urusan sama mereka."
"Roseanne, kamu pulang dan ganti baju sekarang!"
"Jangan suruh-suruh aku. Jahesa, kamu bukan ayah bahkan ibu ak-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead Man's Feeling ✓
General FictionDia Roseanne Wiyana. Gadis yang setia menemani malam si mahasiswa amburadul. ©biangpenat, 2020