"Rose," panggilnya lagi pada perempuan yang tubuhnya sudah dibopong menuju ruang kesehatan itu.
Doyoung Wiraga--sosok yang entah dari mana bisa hadir di tempat pelaksanaan ujian dari Roseanne dan ketika mendapati bahwa gadis itu pingsan, ia langsung bergegas menolongnya.
"Rose," ucapnya menatap mata puan yang masih senantiasa ditutup itu.
Setelah mempercepat langkahnya dan sampai di ruang kesehatan, Doyoung lekas meletakkan tubuh Rose ke atas tempat tidur yang disediakan dalam ruangan tersebut.
Ia pun berbincang dengan perawat disana dan Rose langsung diberi wewangian agar ia segera membuka mata.
"Rose." Doyoung kini mengambil kursi dan meletakkannya tepat di samping tempat tidur.
Berpikir sejenak, Doyoung pun melirik ponselnya di saku celana. Beberapa detik ingin berdebat, akhirnya pria itu memutuskan untuk melakukan hal yang berbahaya--dalam tanda kutip.
Lelaki itu mengeluarkan ponsel, menyalakan layarnya dan lantas mencari sebuah nomor disana. "Harus banget yah gue nelpon dia?" gundahnya pada diri sendiri sebelum akhirnya menggeser layar dan panggilan pun tersambung dengan sosok lain disana.
"Halo?"
"Siapa?" Doyoung menaikkan alisnya. Bagaimana bisa pria ini melupakan dirinya--tidak menyimpan nomornya?
"Doyoung Wiraga."
"Ah iya....bagaimana?" Respon yang sungguh datar dan Doyoung seakan tahu bahwasanya ucapan pria itu membuktikan bahwa ia tak ada sedikit niat untuk berbincang dengan kawan lama.
"Rose, istri lo."
"Kenapa sama dia? Apa sesuatu terjadi?"
Beruntung sekali kali ini pria itu--Jahesa Adiningrat terdengar menaruh perhatian pada omongan Doyoung.
Doyoung sempat melirik Rose yang terbaring rapuh di atas tempat tidur. Wajahnya terlihat pucat. Dari pembicaraan dengan perawat, Doyoung berkesimpulan bahwa Rose pingsan karena terlambat makan.
Jika saja ia tahu, sudah jelas ia pasti akan mentraktir Rose atau mengajaknya makan bersama sebelum ujian.
"Dia kenapa?" tanya Jahesa lagi.
"Rose pingsan. Tolong datang ke kampus. Sekarang."
tut tut tut
Jahesa sudah menutup panggilannya, menyisakan Doyoung Wiraga dengan sejuta pemikiran yang singgah di otak pintarnya.
Dipandangnya Roseanne yang terbaring lemah itu.
Senyum rapuh hinggap di bibirnya. "Lekas bangun."
Pria itu tertunduk perlahan. Rasa bersalah datang ketika Doyoung sadar bahwasanya ia tidak bisa menjadi teman baik.
Entahlah, seharusnya ia melaksanakan perbuatan buruk itu, bukan malah mengkhawatir targetnya ini.
"Gue dimana?"
Gumaman seseorang berhasil membangkitkan tubuh serta jiwa Doyoung. Rose tengah mengedipkan maniknya dengan pelan dan berusaha mencari keberadaan seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead Man's Feeling ✓
General FictionDia Roseanne Wiyana. Gadis yang setia menemani malam si mahasiswa amburadul. ©biangpenat, 2020