37. Rahasiaku, Rahasiamu, Rahasia Kita

1.3K 252 35
                                    

(please give a vote and
drop ur nice comment)

☆☆☆☆

Keesokan harinya, Roseanne pergi ke sekolah. Ia sudah pasti dikatai si preman Resti yang juga sepupu jauh Jahesa itu.

"Kok bisa dengan beraninya datang? Nggak malu yah lo kasitau pihak sekolah kalau sepupu gue om lu? Kasihan tau, dia nggak setua itu."

"Iyaaa," balas Rose seadanya, menanggapi Resti yang sudah heboh di pagi hari dengan datang di kelasnya yang bahkan masih sepi itu.

"Yah gue nggak punya hak maafin atau gimana-gimana yah karena kan gue sama Jahesa juga nggak terlalu kenal dekat. Tapi tau diri lah yah, Jahesa itu orang berada. Ayah dan kakaknya itu disegani, dia soon juga sih. Tapi plis yah lo-"

"Res, lo berisik. Sumpah." Roseanne berkeluh, sedikit merengek meminta gadis itu untuk menutup mulut cerewetnya sebentar saja.

Tatapannya kesal dibuat, Rose masih tak menyangka karena setelah perkataannya, Resti masih terus berbicara bahkan seperti tak peduli jika ada yang mendengar atau tidak.

Tentu saja Rose kesal. Kalau bukan sepupu jauh Jahesa, udah gue katain balik dah, batinnya yang buru-buru sadar lalu memilih memainkan ponselnya di pagi itu.

Sejam menunduk dan Rose rasa Resti sudah pergi. Tapi justru ada pundak yang menggoyangkan bahunya. "Kenapa?" tanyanya seiring dengan kepala yang menengadah. Rose mendapati Mira dengan wajah senangnya.

"Ishh seneng deh."

Mira berucap pun spontan memeluk Roseanne. Perempuan ini tak datang sehari tapi rasanya sudah setahun saja tidak melhat wajah nganganya.

Rose mengangguk dalam diam di pe lukan Mira tersebut. "Iya iya gue kuat lah. Masa yang begini doang pesimis."

"Iya. Iya. Jadi nanti dia datang buat ketemu sama pihak sekolah?"

"I-ya?" Rose merespon sedikit ambigu.

"Iya? Jawaban apaan tuh? Gue nanya serius ih."

Mira berkeluh, menatap Rose dengan menyipit, seakan ingin tahu kebenarannya. Rose mengangguk cepat, ia pun menepis perasaan negatif yang hinggap saat Mira melontarkan pertanyaan itu.

"Datang lah.

"Ya bagus deh." Mira jawab dengan enteng.

Kedua gadis itu lalu seakan melupakan masalah yang dimiliki oleh seorang dari mereka, sebab pembahasan keduanya sudah merambah kesana- kemari. Hingga tak terasa pelajaran pertama sudah di mulai.

☆☆☆☆

"

Be-ra-ni."

"Berani."

"Per-ca-ya di-ri."

"Percaya diri."

"To th-e p-oin-t."

"To the poin-ishh kak Ital!"

"Diem masih ada lima kata."

Jahesa ingin sekali menyikut siku lalu mendorong kakaknya ini jika saja layar ponsel bisa memindahkan gadis itu dari tempat nan jauh ke dalam mobil Jahesa.

Keduanya sudah dua puluh menitan berbincang, Jahesa meminta saran tapi Ital justru mengucapkan kata-kata yang tak jelas dan berakhir pada sang adik yang kesal pada si kakak yang nyatanya sedang sangat sibuk menyiapkan sebuah event di daerah sana.

Dead Man's Feeling ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang