Jahesa merapatkan jaket hitam yang menutupi tubuhnya itu dengan cepat. Hari ini terasa sangat dingin dan ia sedikit khawatir karena Rose tak kunjung datang.
Apa gadis itu marah?
Tapi ia sama sekali tak melakukan one single mistake.
"Bengong banget sih lo."
Lelaki itu sungguh terkejut dengan Roseanne yang tampaknya tengah berjalan kearahnya. Kilasan cepat kembali datang, membuat mengingat kali pertama mereka bertemu.
Dan jangan lupakan dengan ciuman manis di malam hari itu.
Jahesa berdiri. Ia berlari menuju Rose dan dengan cepat berdiri tegap di belakangnya. Jahesa meletakkan kedua tangannya di bahu Rose lalu mengantarkan gadis itu di tempat duduk.
"Kamu kenapa sih? Aneh banget tau."
"Kenapa nama kontak aku om Jahesa, Roseanne Wiyana?"
Rose tersenyum kikuk. Ah, dia sedang berusaha tak membicarakan hal ini, tetapi karena Jahesa sudah lebih dulu bertanya, apa boleh buat?
"Hehehe." Bukannya menjawab, ia malah mengeluarkan tawa tak nyaring yang garing itu kepada kekasihnya.
Jahesa jadi gemas sendiri. Lelaki itu baru saja akan mencubit pipi Rose sebelum satu tangan telah menahannya lebih dahulu. "Rose, aku kan gemes sama kam-"
"Duduk deh. Aku mau ngomong. Penting."
Jahesa bisa merasakannya. Raut wajah Rose saat ini begitu terlihat serius. Entah gerangan apa yang ingin ia bicarakan. Jahesa memilih duduk di dekat gadisnya itu.
"Aku ke intinya aja yah."
"Aku mau kita putus." Lanjut Rose dengan nada mantap yang terdengar begitu jelas di telinga Jahesa.
Lelaki itu menggeleng, masih berusaha memberikan tawa recehnya. "Kamu ngelucu yah? Sumpah gak lu-"
"Aku mau kita putus."
"Rose!" hardik Jahesa dengan nada tinggi. Lelaki itu merapatkan dudukannya pada Rose.
"Kamu ngomong jangan sembarangan dong."
"Aku mau kita putus."
"Kenapa?" tanya Jahesa pelan.
Lelaki itu tengah mengatur denyut jantungnya yang telah berdetak tak teratur itu.
Roseanne menunduk. Aura kelam terpatri dari gadis kurus itu. Ia lalu menengadah pada langit yang diisi bintang - bintang malam.
"Jahesa. Kamu selingkuh kan?"
"Aku selingkuh darimana coba?" Jahesa menjawabnya dengan pertanyaan pula. Ia tak mengerti dengan jalan cerita yang tengah dimainkan Roseanne.
Mengapa dia bersikap seperti ini?
"Terus-" Roseanne mengambil tas sekolahnya yang berada tak jauh dari sana. Rel kereta api kosong menjadi saksi perpisahan semu tersebut. Rose lalu mengambil ponselnya pun membuka sebuah foto yang ada di dalam sana. "-ini apa?"
Jahesa langsung merampas ponsel Rose. Perasaannya tak karuan. Gadis ini benar - benar tahu membuat senam jantung saja.
Tunggu, Jahesa sekali lagi menyipitkan matanya, berusaha fokus pada gambar di dalam ponsel milik kekasihnya itu.
Hey, siapa yang mengambil foto ini?
"Dia selingku-"
"Dia kakak KANDUNG aku. Namanya Srikandital Ratu Adiningrat."
Roseanne yang masih membuka mulutnya itu terperangah. "Apa?"
"Kamu cemburu sama kakak aku yah?" Jahesa bertanya dengan nada menggoda. Ia tak percaya bahwa gadis ini bisa termakan emosi hanya karena foto pelukan itu.
Aduh, apakah Roseanne melakukan kesalahan besar?
Cemburu pada kakak Jahesa?
"Ahhhhhh-" Roseanne mengutuk dirinya dalam hari. Gadis itu menunduk lalu meremas rambut hitam legamnya itu dengan kedua tangan miliknya. "-bodoh banget sih."
Lelaki itu telah tersenyum begitu lebar. Kekasihnya itu memang tahu cara mencari perhatian seorang Jahesa Adiningrat. "Rose, Rose, bisa - bisanya kamu cemburu sama kakak aku."
"Ih, diem!" bentak Rose cepat. Gadis itu sudah mengangkat kepalanya dan tengah menatap Jahesa dengan kedua alis berkerut dan bibir yang berkedut.
"Aku bodoh banget yah?"
Jahesa mengangguk cepat, menyetujui pertanyaan sang kekasih. "Kamu bego banget."
Rose langsung duduk tegap. Ia berbalik menatap Jahesa dengan intens. Instingnya membuat gadis itu bersiap mengangkat kedua tangannya.
"Bego banget. Serius Rose, kok bisa-"
cup
Roseanne Wiyana yang sudah meletakkan kedua tangannya pada pipi Jahesa itu telah mengecup bibir kekasihnya dengan cepat.
Baru saja akan menarik diri, Jahesa sudah meletakkan tangannya pada bagian belakang punggung Rose. Kemudian ditariknya gadis itu dan kembali menciptakan kecupan lembut penuh kasih di bibir mereka berdua.
"Jahe-"
"Can we stay like this, for a damn minute?"
Keduanya saling berpandangan. Kedua tangan Jahesa sudah memeluk sempurna tubuh gadis itu meski sedikit susah karena posisi mereka yang tengah duduk.
"Sure."
Roseanne mengangguk pelan, membiarkan Jahesa kembali mendominasi perpaduan sentuhan manis bibir mereka itu.
-----
pada dasarnya cerita ini tidak mau dimasukin banyak konflik. takut berujung kenaasan pada cerita hehe.geser terus, masih ada update + short story
salam 3002,
arga
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead Man's Feeling ✓
General FictionDia Roseanne Wiyana. Gadis yang setia menemani malam si mahasiswa amburadul. ©biangpenat, 2020