47. Katastrofe

1K 165 25
                                    

"Kamu kenapa gak dikasih jatah libur sama dokternya?"

Jahesa baru saja sampai dalam kamar hotel. Tubuh yang kecapaian itu seharusnya ia baringkan di atas kasur king size dan bukannya bergelut pada pilihan antara istirahat atau meladeni pertanyaan sang istri tercinta.

"Maaf yah, aku yang minta tetap kerja. Soalnya aku baru di sana. Gak enak sama anak-anak lain."

Merelakan pilihan tidurnya, Jahesa sudah melangkah mendekati Roseanne yang sibuk pada ponselnya itu.

Rose berguman pelan. Ia melirik Jahesa sebentar dan kembali fokus pada layar kecil di genggamannya. "Yaudah gapapa."

"Serius gapapa?"

Rose lantas mengerutkan dahinya, ia menengadahkan pandangannya pada Jahesa yang berdiri dekat situ. "Nanyanya kok gitu?"

"Kirain kamu bakal marahin aku."

"Nggak. Hari ini aku mau cerita."

"Cerita apaan?" tanya Jahesa lembut. Ia kini sudah menaruh bokong pada sofa yang sama dengan Rose.

Jika diingat kembali, rasanya sikap Rose sangat berbeda dibanding hari kemaren atau lebih tepatnya dini hari tadi.

Perempuan itu pun menggeserkan tubuhnya ke arah Jahesa. Betapa mengejutkan ketika dia tiba-tiba saja sudah meletakkan kepalanya pada kedua paha Jahesa.

"Jahesa," ucapnya dengan rendah.

Pria itu memberi senyum tipis sembari menaikkan kedua alisnya. Tak lupa ia menunduk agar bisa menatap wajah Rose. "Kenapa?"

"Aku keliru banget soal perkataan aku kemaren. Seharusnya aku bisa lihat dari sisi kamu bahwasanya kamu peduli sama aku bukannya aku malah berprasangka terus ngomong hal buruk soal kamu dan ayah kamu."

"Maaf yah kemaren aku ngomongnya egois banget," sambungnya lagi sebagai penutup.

Sosok itu kemudian larut dalam kesedihannya. Ia menutup mata dan Jahesa bisa melihat dengan jelas bahwa istrinya sedang menangis.

"Rose--" Ia pun memegang kedua bahu gadis itu dan mengangkat kepalanya menjauh dari paha Jahesa. "--bangun dulu."

Mengikuti arahan Jahesa, Roseanne kini sudah bangkit dari tidurannya dan tubuhnya sudah dibawa ke pangkuan Jahesa.

Lelaki itu menatapnya begitu lekat. "Aku apresiasi ucapan kamu. Aku juga salah karena sempat ngomong yang gak baik--"

"No honey. Disini aku yang salah. Aku mentingin ego banget sampai kamu bujuk aku untuk cerita pun aku gak mau. Padahal seharusnya aku sadar diri. Pernikahan ini ada karena dua insan, bukannya malah aku seolah jadi yang punya banyak masalah sedangkan suami aku lagi berusaha buat ngertiin sikap aku."

Roseanne menggeleng perlahan pada ucapan suaminya lantas ia memotong dengan kalimat begitu panjang. Mungkin butuh waktu beberapa detik untuk ditelaah.

Gadis itu tertunduk meski wajahnya begitu dekat disamping Jahesa.

"Roseanne. Kita lagi nggak ngebanding mana yang paling pengertian dan mana yang paling egois. Kita sama-sama belajar. Karena ini pernikahan pertamaku dan juga pernikahan pertama kamu."

Ia sempat menyimpulkan senyum lalu melingkarkan tangan kekarnya pada pinggang mungil Roseanne dan membawanya pada pelukan.

"Aku selalu berdoa semoga ini jadi pernikahan kita yang pertama dan terakhir kalinya."

Roseanne tak kuasa menahan kesedihannya. Insan itu sudah balas merangkul Jahesa dan meletakkan kepalanya pada bahu lelaki itu. "Maafin aku yah. Aku banyak salah."

Jahesa mengangguk dan semakin menarik tubuh istrinya itu, seolah ingin membagi luka tersirat yang tak bisa tersampaikan lewat kata melainkan hanya sebuah pelukan.

Setelah dirasa terlalu lama saling berbagi kesedihan, Roseanne menjadi yang pertama untuk melepaskan pelukan itu.

Ia pun menatap wajah Jahesa yang begitu dekat, hingga pria itu bersikap sedikit jahil dengan mendekatkan kedua hidung mancung mereka.

"Gue belom pernah berciuman."

Jahesa membuka suaranya, lantas membuat Rose terkekeh pelan sebab kalimat itu membawanya pada masa lalu. Huh, ia sungguh berani di mata Jahesa. Bagaimana bisa seorang anak SMA berucap demikian di hadapannya?

Mereka pun saling tersenyum dalam jarak sedekat itu. Rose pun memindahkan tangannya dari pinggang Jahesa menuju ke leher pria itu.

"Hahaha, jadi?" ucapnya mengulang perkataan Jahesa dulu.

"Gue cium lo, boleh?"

Rose tersenyum lagi. Ia pun menautkan alisnya, berpura-pura mengikuti alur percakapan mereka waktu itu. "Hah?"

"Mumpung, belom pernah ketemu sama calon maba UI kayak lo," lanjut Jahesa sedikit merevisi kalimat Rose.

Mereka saling menatap begitu lekat, sampai-sampai Rose malah fokus pada bibir ranum itu. "Mau dicium dimana?"

Jahesa tersenyum manis. Ia dengan sengaja menggigit ujung bibirnya, bermaksud mengikuti gerakan Roseanne yang sangat mengusik pikirannya waktu itu di rel kereta api.

"Di bibir, boleh?"

Roseanne lantas mengangguk, membuat jarak mereka pun terkikis seiring dengan Jahesa yang sudah memantapkan bibirnya untuk singgah pada bibir sang istri tersayang.

☆☆☆☆☆

"Jahesa."

"Iya?"

Keduanya baru saja dihidangkan room service pada meja kecil dekat sofa yang mana langsung disantap oleh Jahesa di sore menjelang malam itu.

Pria itu tampak menyimak ucapan Rose. "Kita gak bakal lama di kamar hotel dan rasanya bakal lebih hemat kalau kita di Jakarta aja. Aku studi S1 dan kamu S2. Kalau dari Surabaya bakal susah transportasinya. Nanti kita ketemu juga bakal jarang."

"Lalu?"

"Masalahnya kita tinggal dimana? Aku gak mau kamu capek nyari tempat tinggal terus harus kerja terus harus belajar lagi," ucap Rose pun mengambil sesendok nasi dan memasukkannya dalam mulut.

Jahesa yang baru selesai mengunyah itu berkata.

"Rose, sebenarnya papa sempat tawarin untuk tinggal bentar sama dia. Lagian papa cuman sendiri. Kak Ital sama kak Jongin datang pas weekend kalau gak pas jadwal kosong aja."

"Om Marcel gak keberatan kah sama kita? Lagian ini kita berdua loh."

Jahesa mengangguk pelan. "Nanti aku ngomong sama papa."

"Okay."

"Rose."

"Iya?"

"Kamu harus makan yang banyak. Biar pipinya bisa aku cubit."

"Cih, kamu ngomong gak nyadar diri." Ia pun tampak mengangkat jarinya dan menusuk pipi Jahesa dengan lambat. "Ini pipi juga tirus amat, padahal kerjaannya banyak pula."

Jahesa terkekeh pelan, masih dengan ayam goreng yang belum sempat ia kunyah di dalam mulut.

"Iya, siap istriku!"

☆☆☆☆☆

[arga's note]

udah yah udah. badainya udah diredahin. oh iya menurut lo idol mana yang cocok jadi anak jahesa-rose? cuman nanya ini,,,🤭

kemaren DMF debut nomor 1,2,3 di #rose dan kemaren sempat 1 di #jaerose yah? wahhh terima kasih sudah membaca. sayang kalian banyak-banyak🥺🤎🤎🤎🤎

Dead Man's Feeling ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang