38. Kamu Kaku Banget

1K 204 13
                                    

Mobil itu membelah keramaian siang hari yang mampu memanaskan setiap individu.

"Jahesa, pendinginnya aku nyalain yah."

Lelaki itu mengangguk seadanya. Roseanne yang mendapat persetujuan lewat bahasa tubuh itu langsung saja menyalakan AC dalam mobil tersebut.

"Huaaaaa...." Ia berseru, lantas lega karena hawa panas perlahan hilang digantikan oleh rasa dingin yang sejuk.

"Roseanne."

"Iya?"

"Eeee..."

"Eee... apaan?"

Jahesa sempat melirik gadis yang duduk di samping kursi pengemudi. Ia melengkungkan senyum seperti biasa. "Eeee cincinnya jangan dilepas."

"Yailah. Aku kira apaan. Ngomongnya jangan grogi dong," ledeknya setelah tahu bahwa ucapan Jahesa sama sekali tidak berbobot.

"Gak grogi."

"Kamu harus tetep pakai. Di hotel sana tetap ada kamera pengawas yang nggak bisa aku minta sembarangan. Mereka di sana penjagaannya ketat."

Terdiam dan sudah tak menyahut lagi, Rose hanya berusaha mencerna perkataan Jahesa barusan.

Hening pun datang.

Keduanya diam dan Jahesa fokus mengantarkan mereka berdua dengan selamat di hotel waktu itu. Rasanya tak memakan waktu lama. Rose baru mendengar dua lagu dari ponselnya, tiba-tiba Jahesa sudah tidak melajukan mobil itu lagi.

 Rose baru mendengar dua lagu dari ponselnya, tiba-tiba Jahesa sudah tidak melajukan mobil itu lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah sampai kah?" tanya Rose melihat sekeliling.

Tak lupa ia menatap lelaki di sampingnya yang terlihat sibuk merapikan pakaiannya. "Iya, kamu turun duluan."

"Sama-sama aja."

"Yaudah."

Setelah berkata, Jahesa dengan pakaian kasualnya itu lalu berbalik ke bagian tengah mobil dan mengambil sesuatu di kursi sana. Ia kembali dan Roseanne mendapati kemeja gelap yang berlapiskan plastik pelindung pakaian itu.

Gadis itu mengangkat satu alisnya. Ia sedikit penasaran. "Mau ganti kemeja?"

Jahesa mengangguk pelan.

Roseanne langsung saja memalingkan wajahnya. Kali ini tatapannya diberikan pada pemandangan hotel di luar jendela.

"Kenapa nggak lihat sini?" tanyanya sambil bergerak cepat membuka kemeja yang masih ia kenakan dan buru-buru menggantinya dengan yang hitam. Tampaknya Jahesa sedikit aneh dengan gerak-gerik gadis itu.

Gadis itu menggeleng. Kedua tangannya juga ikut terlibat menutupi wajah yang sudah merah padam bak buah tomat. "Nggak bagus untuk kesehatan jantung."

Jahesa menyengir perlahan. Lesung pipinya terlihat begitu jelas. Ia sungguh gemas dengan tingkah kekasihnya itu. "Rose, Rose, biasa aja kalik."

Baiklah, Rose benar-benar bisa membayangkan wajah Jahesa yang sudah siap mengusilinya lewat kata-kata. "Jahesaaaaaa."

Dead Man's Feeling ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang