Om Jahesa
| Kamu bareng siapa
tadi ke perusahaan
papa?
| Kenapa gak kasitau
aku? Aku kan bisa
nganterin kamu.
|Urusan kamu di
univ udah selesai?Manik Rose tak berhenti membaca deretan kalimat yang dikirim Jahesa lewat obrolan online mereka.
Gadis itu menghembuskan napasnya. Beruntung Doyoung punya power bank yang setipe dengannya jadi dia bisa pinjam dan langsung menyalakan ponselnya.
Pesan beruntun yang pertama dia temukan dari aplikasi obrolan adalah suaminya, Jahesa Adiningrat.
Lama berkelana dalam memori, Rose dikagetkan dengan benda dingin yang tiba-tiba saja ditempelkan ke tangannya.
"Minuman soda. Gue traktir."
Rose tersenyum dan lantas mengambil minuman dari genggaman Doyoung Wiraga. Ia pun tak lupa berucap balas. "Makasih, kebetulan gue haus banget."
"Kenapa gak minum itu?"
Rose ikut melirik target yang ditujukan jari telunjuk Doyoung. Rupanya lelaki itu mengarahkan pandangannya pada sebotol air mineral.....dari Jahesa.
"Lagi ga pengen. Butuh yang dingin-dingin," ungkap Rose lalu kembali menatap layar ponselnya.
Lima menit lalu dia baru saja bergumul dengan pendaftaran ujian dan data diri yang sempat tertunda. Untung saja semuanya telah terselesaikan. Rose akan mengikuti ujian mandiri yang dilaksanakan kampus dua minggu dari sekarang.
Seharusnya ia sudah pulang, namun Rose mengiyakan tawaran Doyoung yang memintanya menemani belajar di perpustakaan.
Lagipula balas budi itu baik adanya, kan?
"Liatin apa sih? Serius banget." Doyoung lekas membuyarkan lamunan gadis itu.
Rose menatapnya sebentar. Pria itu masih bergelut dengan tugas di depan mata dan dia masih sempat bertanya hal tak berguna seperti itu?
Gadis itu menjawab seadanya. "Liatin chat suami."
"Yang udah nikah beda yah."
"Lo ada niatan punya anak gak?" tanya Doyoung lagi, meski matanya terlihat fokus pada tulisan di kertas-kertas itu. Menampilkan banyak cakaran yang memusingkan.
"Ada."
Doyoung sudah tak bicara. Lelaki itu diam saja.
Rose pun kembali memindahkan maniknya pada obrolan di layar ponsel. Dia sudah membaca pesan Jahesa sejak lima belas menit lalu dan tak ada gerakan ingin membalasnya. Tidak tahu mengapa.
Tanpa sadar layar berubah menjadi gelap dan suara getaran ponsel hampir membuat Rose lengah. Ditatapnya si pemanggil.
Om Jahesa is calling you
Rose membiarkan saja.
"Gak diangkat?"
"Sebentar."
Menunggu dan ketika panggilan hampir selesai, barulah gadis itu mengangkatnya. "Halo?"
"Kamu udah selesai? Kok belum pulang? Ini udah sore."
"Iya, tahu."
"Mau dijemput gak?"
"Mau."
"Kalau gitu balesin chatku dulu."
Rose mengangguk. "Oke."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead Man's Feeling ✓
General FictionDia Roseanne Wiyana. Gadis yang setia menemani malam si mahasiswa amburadul. ©biangpenat, 2020