53. We Hurt Each Other, Again

612 100 2
                                    

Mobil yang dikemudikan Jahesa sudah sampai di garasi rumah. Pria itu segera mematikan mesin mobil dan menatap penumpang disampingnya. "Rose--"

"Kita bicara di dalam rumah."

"Oke."

Rose turun lebih dahulu. Jahesa memperhatikannya dalam diam. Dia pun ikut keluar dari mobil dan berjalan menuju pagar pun menutup benda besi itu. Jahesa lalu masuk ke dalam rumah.

Dilihatnya Rose sudah menempatkan tubuhnya untuk duduk di atas sofa ruang tamu.

"Jelasin," pintanya dengan raut serius, menatap sang suami yang sedang bercakak pinggang di hadapannya itu.

"Rose, kamu tahu kan detektif yang ngurus masalah Wendy waktu itu? Dia detektif Choi Jeno. Dia pernah bilang kalau Wendy itu punya kaki tangan lain yang bantu dia sebarin video kamu dan aku."

Gadis itu mengendikkan bahu. "Tetap aja gak ada dasarnya. Emang kamu lihat kalau Doyoung ikut terlibat ke masalah itu?"

"Aku nggak tahu. Tapi Jen--"

"Yaudah kamu jangan main hakim sendiri dong. Lagian detektif cuman bilang. Dia gak punya bukti kan?"

"Dia punya. Dia mau laporin tapi aku bilang gak usah. Semenjak itu aku ga pernah hubungin dia lagi," jelas Jahesa singkat.

Rose mengangguk. "Yaudah terserah."

"Kamu jangan pergi dulu. Aku mau nanya soal kamu dan Doyoung. Kamu ada urusan apa sama dia? Kenapa kamu dianter sama dia ke perusahaan papa? Rose, kamu tuh istri aku. Aku bisa sediain banyak waktu supaya urusan kampus kamu selesai."

Rose kembali menghamburkan tubuhnya pada sofa, mengamati wajah sang suami yang mulai terlihat murung itu.

Jahesa lalu menempatkan dirinya di samping Rose. Lelaki itu menunduk kepalanya pelan.

"Rose."

"Ya?"

"Kamu selingkuh yah?"

"Jangan ngomong aneh-aneh."

"Ya terus kamu kenapa harus berurusan sama Doy itu? Aku gak suka!" Suaranya agak meninggi meski manik Jahesa tetap ia pandangkan pada lantai keramik.

Rose meliriknya geram.

"Kamu ngomongnya kurang ajar banget. Aku ke kampus untuk daftarin diri supaya bisa ikut ujian. Apesnya, gara-gara kelalaian kamu, aku harus bolak balik rumah dan perusahaan ayah biar bisa ambil berkas yang ketuker--"

"Lah, kenapa jadi salah aku?"

Jahesa memberi pandangan meremehkan. Mulanya kepala tertunduk itu sudah ia tengadah. Jahesa menyampingkan sedikit tubuh pun berbalik pada Roseanne.

Rose menganga lebar. "Jahesa Adiningrat, jelas-jelas kamu yang salah."

"Aku gak nyuruh kamu simpen berkas-berkas aku di tempatnya ayah. Aku bilang simpen di tempat yang aman aja. Bukannya tadi pagi juga kamu yang ambilin berkasnya di kamar papa?"

"Jelas-jelas kamu yang salah!" lanjut Rose yang mulai mengernyitkan dahinya.

"Iya maaf aku emang lalai soal itu."

Jahesa berusaha menjelaskan. "Tapi kamu juga salah. Dari sekian banyak mahasiswa kampus, kenapa kamu harus dianterin sama Doyoung? Dia itu terlibat ke kasus yang bikin kamu nangis. Kamu gak ingat yah Rose?"

Dead Man's Feeling ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang