Jahesa terus membolak - balikkan badannya di atas kasur lembab itu. Sungguh, ingin sekali ia pindah dari kos yang telah dihuni selama empat bulan belakangan ini.
Namun apa daya, ia baru saja dikeluarkan dari kelompok sukarelawan yang dibentuk di universitas tempatnya belajar yang biasanya memberi upah kepada mereka yang membantu disana.
Mengapa dikeluarkan? Sebab lelaki itu sering ditegur karena kedapatan merokok disekitar tempat mereka menjadi sukarelawan. Tentu saja ia akhirnya 'dipecat'.
Sekarang, harapan terakhir Jahesa hanyalah uang sejuta yang ia simpan dalam kartu ATM miliknya.
Ngomong - ngomong soal uang dan kartu ATM, rupayanya Jahesa bukanlah sosok lelaki yang suka meminta uang dari kedua orangtuanya.
Ditinggal, lebih tepatnya pergi dan memilih untuk merantau ke kota orang membuat Jahesa belajar untuk terus mandiri.
Meski waktu itu bersikeras untuk tak menerima kartu ATM pemberian sang ibu, namun karena kasihan yang menggereguti dirinya, lelaki itu dengan lesuh menerimanya.
Bisa saja, saat inilah kartu ATM itu sangat dibutuhkan oleh pria tersebut. Tunggu, dimana kartu ATM miliknya?
Jahesa mengangkat tubuhnya dari kasur tersebut. Lelaki itu mulai merogoh pakaian yang tadi ia gunakan, kemeja putih dan celana denim berwarna hitam.
Ia pun mulai membongkar tas punggung miliknya itu. Memporak - porandakan kamar kecil yang ditempati.
"Kartunya dimana?"
"Alamak! Kartu atm gue dimana coba?"
Jahesa tersadar. Pergerakan tubuhnya terhenti, sembari menatap kasurnya dengan mata yang terus berputar seperti orang gila. "Apa jangan - jangan, diambil sama tuh gadis SMA?"
"Waduh!"
☆☆☆☆
Roseanne memegang kartu kecil itu. senyum tipis terukir di bibir polosnya tanpa teroleskan lipstick itu.
Gadis itu tengah membaringkan badannya di atas kasur king size yang harganya tak bisa dibilang murah.
Roseanne sendiri sedang menggunakan piama tidurnya setelah tadi membasuh tubuhnya yang cukup berkeringat dari tadi pagi itu.
"Ini kartu atm si Jahesa, tukang merokok itu toh?" Roseanne bertanya pelan, tanpa berniat mendapat jawaban dari heningnya malam.
Roseanne dengan senyum iblisnya, menatap kartu tersebut. Dengan sengaja pula, ia lalu mulai memberi ciuman bertubi - tubi pada kartu kecil tak bersalah itu. "Ini benda mati tapi kok pen dikecup mulu!"
Gadis itu kelewat gembira. Di malam yang selalu tak pernah ramai,
bersama perselingkuhan orangtua yang memenuhi pikirannya
dan pelajaran yang selalu membuatnya kelelahan,terselip nama seorang perokok
bernama Jahesa Adiningrat
di hatinya.-----
sekian sekian
udah cukup
gw mau punya pacar
kayak jahe
serius ih gais!aura kebaperan,
mengapa
engkau
datang?
HAH?salam 3002,
arga
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead Man's Feeling ✓
General FictionDia Roseanne Wiyana. Gadis yang setia menemani malam si mahasiswa amburadul. ©biangpenat, 2020