51. Perasaan Campur Aduk

532 99 9
                                    

"Doy, lo bisa cepet dikit nggak?" Dari belakang terdengar suara yang terus memaksa lelaki berhelm itu untuk mempercepat laju kendaraannya.

Doyoung Wiraga hanya bisa menghembuskan napasnya pelan.

Perempuan ini terlalu berisik. Dia komat-kamit soal perjalanan dan tak sekalipun membiarkan Doy mengilas kisah lampau soal Jahesa.

Apa ini alasan Jahesa putus dengannya? Tunggu.....mereka putus atau tidak sih? Roseanne sama sekali tidak merincikan apa-apa perihal itu.

"DOY, LO BISA GAK CEPETAN DI--"

"Iya cantik, gue denger suruhan lo daritadi!" seru Doy yang dibuat geram.

Tahu begini tidak usah sok-sok ingin pendekatan, jadi menyesal sendiri kan saat tahu sifat perempuan ini? Hush!

Roseanne mendelik pada punggung pria didepannya itu.

Dia bisa bawa motor nggak sih? Jalannya lambat sekali, belum lagi terlalu ikhlas membiarkan kendaraan lain untuk mendahuluinya. Bisa gawat jika Rose kena imbas!

"Doy, abis ini belok kiri!"

"Iya!" seru Doyoung lagi.

Perjalanan memang memakan banyak waktu, sebabnya tanpa berpandangan kedua orang itu digelut emosi yang tak mau meredam.

Doy buru-buru menancap gas lagi untuk menyusuri jalanan yang mulai macet itu. Untung saja mereka bisa sampai pada lokasi yang dimintai Rose.

"Udah sam--"

Ucapannya terpotong ketika ia melirik gadis itu sudah turun dair atas motor dan kini sedang melepaskan helm yang tersemat di kepalanya selama beberapa waktu tadi. "Makasih yah!"

Rose berkata dan lantas mengambil tas punggung yang tadi ia lepas pun mempercepat langkahnya masuk ke dalam rumah.

Dan Doy hanya bisa menghentakkan kakinya melihat betapa cueknya gadis itu. Baiklah. Sudah dapat dipastikan Doyoung tak peduli lagi soal hubungan Jahesa-Roseane entah itu masih berpacaran atau sudah putus, karena dia sudah berubah arah untuk menjauh.

Doyoung Wiraga tidak jadi mendekati Roseanne Wiyana.

"Doy!"

Doyoung baru saja akan menyalakan mesin motornya lagi namun sosok Rose yang keluar dari rumah asing itu dengan wajah muram sungguh membuatnya harus menahan niat tadi.

"Kenapa?"

"Duh ini gimana nih.....bisa bantuin gue gak? Mertua gue udah balik ke perusahaan."

Doyoung mengernyitkan dahinya. "Sebenarnya masalah lo apa sih? Cerita biar gue paham."

Rose hanya bisa dibuat memelas. Dalam keadaan yang bisa saja berakhir dengan amukan, bagaimana bisa dia masih sempat mempertanyakan hal demikian?

Gadis itu menggeleng dan memberi tanda silang didepan dada dengan kedua tangannya. "Lo anterin gue aja, please!"

"Nggak. Lo kasitau dulu. Gue gak mau buang-buang bensin motor gue. Baru juga diisi, masa habis gara-gara lo sih."

Rose berdecak kesal. "Bantunya gak tulus!"

"Masih baik gue kasih tumpangan. Mending lo kasitau aja."

"Gini....." Rose merampas helm yang dipegang Doy lalu memakainya kembali. "....gue salah bawa dokumen untuk pendaftaran kampus. Ternyata gue bawa dokumen punya mertua gue--"

"Mertua lo namanya siapa? Lo beneran udah nikah?"

Rose spontan menganggukkan kepalanya dengan mulut melebar. "Hooh, mertua gue Marcello Adiningrat."

Dead Man's Feeling ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang