57. Panggilan dan Penyesalannya

778 99 8
                                    

"Maaf kak aku jadi curhat ke kakak berdua."

Srikandital segera melayangkan senyum sendunya. "Rose, cerita aja gapapa. Kita bakal bantuin kamu sama Jahesa kok kalau ada sesuatu yang ganjalin hubungan kalian. Bener kan sayang?"

Ucapan dia direspon anggukan pelan dari Jongin. Lelaki itu ikut menatap Rose dengan sedikit kerutan di dahi. "Iya. Rose, kamu itu bagian dari keluarga Adiningrat. Jangan pernah sungkan."

Rose mengiyakan seluruh kalimat yang sejak tadi keluar baik dari mulut Ital maupun Jongin, dua pasangan berumur yang sudah menempuh waktu lama dalam bahtera rumah tangga--berbeda dengan Jahesa juga Rose yang baru saja mengarunginya.

"Kak, sebenarnya ada keperluan apa kak Ital sama kak Jongin kesini? Biasanya kalau ada info pasti dikasitau ke ayah dulu atau Jahesa."

Baru akan membuka mulutnya, Ital sudah menyikut tubuh suaminya itu agar tidak berucap perihal kebenarannya.

"Pengen berkunjung aja. Udah lama gak kesini."

"Ngomong-ngomong, Jongin bawa oleh-oleh buat kamu dan Jahesa," tambah Ital yang berhasil membuat senyum semangat dari bibir Roseanne.

Jongin ikut menggubris kesenangan dua puan itu. "Bentar Rose, oleh-olehnya ada di mobil."

"Aku bantuin kak--"

"Nggak usah, kamu temani Ital disini." Sontak Jongin langsung menyela dan buru-buru mengambil kunci mobil kemudian keluar dari rumah tersebut.

Tak selang semenit, Jongin sudah datang kembali dengan membawa dua box berukuran besar yang ia tumpuk keatas.

"Ini?" tanya Rose pelan.

Jongin pun menjongkokkan badan dan dengan lambat ia letakkan dua kotak tersebut. "Iya."

"Wah, ini apa kak? Pasti mahal."

"Nggak mahal, nanti aja baru kamu buka. Kan kejutan jadi bukanya jangan didepan aku sama Jongin."

Rose menyahut girang. "Oke kak, terima kasih banyak yah kak Jongin. Kalau oleh-olehnya bukan makanan, pasti bakal aku pajang kalau gak aku pake."

Srikandital terkekeh pelan. Ia tahu isi kotak hanya saja akan lebih mengejutkan jika Rose melihatnya sendiri setelah mereka berdua pamit.

"Oleh-olehnya dijaga yah, nanti kalau sudah waktunya bakalan dibutuhin banget sama kamu dan Jahesa," kata Jongin pun mengulum senyum manisnya.

Rose mengerutkan dahinya sembari melirik dua kotak yang sudah ada di atas keramik tepat di samping sofa yang ia duduki bersama Kak Ital.

"Maksudnya kak?"

"Nanti bakalan tahu."

"Kalau gitu--" Ital bangkit berdiri, diikuti Jongin yang menggenggam tangan kiri istrinya itu. "--kita pamit, Rose. Salam buat papa sama Jahesa yah."

Puan yang diberi ucapan itu turut berdiri di hadapan Ital dan Jongin. "Iya kak, bakal aku sampaikan ke mereka."

"Oke," balas Srikandital dengan satu kedipan matanya, membuat Rose semakin merasa gemas dengan kakak suaminya itu.

Dead Man's Feeling ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang