43. Bukan Sembarang Zoom Call

944 175 9
                                    

(streaming gimme
gimme yok!)

you need to read
the previous chapter
in order to understand

happy reading
-arga

☆☆☆☆☆

Jahesa tersenyum masam. Ia mengunyah makanannya lebih lambat, berusaha mencerna ucapan kekasihnya itu. "Jangan aneh-aneh yah."

"Serius aku duarius sayang......nikah yuk!" Spontan Roseanne menyahut, diiringi senyum manisnya sambil mengambil potongan kentang goreng dan memasukkannya ke dalam mulut.

"Dipikir nikah gampang kali?"

"Emang kamu keberatan di bagian mana? Orangtua aku bisa membiayai semuanya," jawab Rose pelan.

Jahesa berdecak. Ia memegang kepalanya itu. "Roseanne, pernikahan itu bukan soal pesta semalaman. Pernikahan itu soal hubungan yang harus dijaga sampai maut memisahkan."

"Aku percaya kamu kok. Aku juga serius dengan kata-kata aku." Ia mengangguk pelan lalu kembali berucap, "nikah yuk."

"Kamu mau menikah di usia kamu yang masih belasan tahun?"

"Emang kamu gak mau nikah sama aku?"

Jahesa kini meminum segelas soda didekatnya itu. Tatapannya begitu serius melihat Rose yang berkata demikian. "Kamu nanyanya jangan menyimpang dari pertanyaan aku. Kamu emang mau nikah di usia belasan?"

Gadis itu menaikkan kedua alisnya ke atas dan menjawab dengan begitu polos. "Iy...a."

"Nggak kemakan ucapan orang yang bangga-banggain nikah muda kan?" tanya Jahesa lagi, sedikit memajukan tubuhnya.

"Enggak sama sekali," kata Rose dengan gelengan pelan. "Aku mau nikah sama kamu."

"Rose, aku merinding loh denger ucapan kamu, kayak bukan anak sma."

"Aku udah mau kuliah yaelah."

"Bentar, aku mau nanya," ucap Jahesa lagi.

"Kenapa?"

"Kamu serius mau nikah?"

"Iya."

"Yaudah tunggu bentar."

"Kenapa?" Gadis itu menampakkan alis yang bertaut dan mulut yang berkomat-komat--bingung, ketika mendapati Jahesa justru sibuk dengan ponselnya

"Eh kamu ngapain?"

"Video call."

Wajah Rose semakin menunjukkan raut bingungnya saat Jahesa malah menaikkan ponselnya dan menampakkan wajah mereka.

"Sama ibu, kak Ital dan om Marcelo?" tanya Rose yang melihat tiga orang itu tiba-tiba sudah bergabung.

"Iya."

"Ngapain emangnya?"

"Kamu tunggu aja."

"Halo halo!" sapa Ital sambil berdadah ria ke arah kamera dengan senyum simpulnya. "Kenapa Jahe video call pake Z***?"

"Halo Jahesa. Ini kenapa tante diundang ke video call?" Spontan Renata--ibu Rose berucap, menyapa orang-orang yang ada di ruangan call yang sama.

"Mau ngomongin sesuatu. Tante bisa nyalain kamera?" ujar Jahesa meminta izin.

"Oke. Sebentar yah."

"Jahesa?" Kali ini suara ayah terdengar, meski pria itu tidak menyalakan kamera.

"Papa, aku mau ngomong penting," tukas Jahesa pelan.

Dead Man's Feeling ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang