Selepas dengan kejadian yang memalukan namun membuat hati terus berdebar itu, Roseanne lalu diberikan kemeja hitam milik Jahesa yang sering ia simpan di dalam tas, untuk keadaan darurat saja.
Tentu saja ini adalah keadaan darurat.
Roseanne dan Jahesa telah selesai berbenah diri. Karena tak ingin pulang terlalu malam, Roseanne memutuskan untuk melepaskan ciuman tersebut.
Jahesa ikut melakukan hal yang sama. Ia tak mungkin terus mencumbu seorang gadis sma yang tak ia ketahui namanya itu sampai subuh nanti.
"Jahe?"
Jahesa tersadar dari lamunannya dan menatap gadis sma itu yang telah melapisi baju seragamnya dengan kemeja hitam milik jahesa. "Iya?"
"Nomor telpon lo."
"Ah iya." Jahesa dibuat malu oleh gadis itu. Ia pun merogoh ponselnya didalam saku dan memberi tahu nomornya pada gadis itu.
Setelah menyimpan nomornya, Roseanne bergegas mengambil tas samping miliknya dan tersenyum manis menatap Jahesa. "Gue pulang dulu ya."
"Eh, gue anterin." Jahesa tiba - tiba saja berucap yang kemudian disetujui oleh Roseanne.
"Jalan kaki apa naik motor?" tanya Jahesa lagi, memastikan bahwa gadis itu tidak merasa tak enak dengan Jahesa Adiningrat.
Roseanne melipat kedua tangannya didepan dada. "Err, agak aneh sih kalo naik motor. jalan kaki aja. Ga papa kan?"
"Iya."
Dan kemudian, Jahesa terus merutuki keputusannya untuk bertanya. Sebab jarak rumah gadis itu dengan rel kereta api sedikit jauh.
☆☆☆☆
Sepanjang perjalanan, diam menjadi benteng pertahanan masing - masing.
Entah karena Roseanne yang masih terus mengukir senyum bahagianya karena terpikir akan ciuman pertamanya yang tak kalah romantis dari drama yang ia nonton.
Ataukah Jahesa yang terlalu malu karena mampu mencumbu seorang gadis sma yang tak ia ketahui namanya, yang baru ia temui selama dua hari, namun berhasil melahap satu malamnya itu.
"Udah sampai, Jahe." Roseanne berujar sembari melirik Jahesa yang berjalan berdampingan dengannya.
Jahesa mengangguk pelan. "Ah iya."
"Makasih ya."
"Terimakasih kembali?"
"For what?" tanya Rose tak mengerti. Gadis itu mengerutkan dahinya sembari tangan yang masih memegang tas sampingnya itu.
"For the kiss and the ice cream?"
Buru - buru tertawa, untuk menunjukkan gigi saja, Roseanne sedikit merasa malu meski rasa banggalah yang sebenarnya tengah melekat pada dirinya. "Yaudah, sama - sama."
"Bisa gak kasitau nama lo?" tanya Jahesa, kembali membuka akses percakapan mereka berdua.
Roseanne yang baru saja akan pergi menuju rumahnya itu akhirnya diam saja di tempat. "I told you-"
"-gue gak suka kasitau nama gue ke orang asing."
"So, we're strangers?" Jahesa bertanya dengan sedikit nada kesal didalamnya dan Roseanne tak peka dengan maksud dari hal tersebut.
"Iya."
"Tapi gue mau serius sama lo." Perkataan Jahesa barusan benar - benar membuat Roseanne terpikat olehnya.
Tunggu, apa lelaki itu baru saja mengatakan bahwa ia ingin memiliki hubungan serius dengan gadis sma dihadapannya ini?
Wow.
"Gue mau serius sama hubungan kita," lanjut Jahesa lagi dengan nada kesungguhan yang terselip didalamnya.
"Huh?"
Roseanne tak mengerti. Detik itu juga, lelaki itu benar - benar sedang mengumpulkan kesungguhannya untuk mengatakan hal - hal berbau masa depan pada anak sma yang terkenal dengan ciri khas suka mencari jati diri itu.
Jahesa mengangguk pelan. Ia tahu, tak pantas bagi dirinya untuk mengatakan kalimat penuh kesungguhan itu.
Ia hanyalah perokok yang dipandang sebagai seorang pencumbu yang baik yang ditemui oleh gadis sma itu.
Dengan rasa kecewa yang kembali datang padanya di malam yang dingin ini, Jahesa berbalik dan melangkahkan kaki dari sana.
Pergi dari hadapan gadis sma itu.
Roseanne sempat termenung. Ia tak mau berurusan dengan segala hal yang menyangkut cinta.
Namun lelaki itu baru saja mengutarakan kesungguhan dihadapannya. Tunggu, dimana Jahesa Onewell Adiningrat?
Roseanne sadar bahwa Jahesa telah memunggunginya dan telah pergi dari sana.
Roseanne tahu bahwa ini adalah hal yang salah. Akan tetapi, satu kali mencoba tak akan memberi rasa sakit yang dalam,
bukankah begitu?
"Roseanne Wiyana!"
Jahesa mendengar suara yang dikeraskan itu. Ia berbalik dan menatap gadia sma yang tengah melambaikan dua tangannya pada dirinya.
"Nama gue Roseanne Wiyana!"
Jahesa tak mampu berkata - kata. Perasaan ini, mengapa terasa terlalu tulus untuk diterima olehnya?
Lelaki itu tersenyum bahagia menatap mata Roseanne yang jauh disana. Roseanne pun balas tersenyum padanya.
Di tengah kabut malam yang semakin memenuhi udara dan suhu udara yang semakin merendah itu, ada
dua hati dinginyang kembali
menghangat."Panggil gue Rose!"
-----
senyam senyum mulu lo
dah malam eh subuh juga
maap yak update nya kelamaan.
salam 3002,
arga
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead Man's Feeling ✓
General FictionDia Roseanne Wiyana. Gadis yang setia menemani malam si mahasiswa amburadul. ©biangpenat, 2020