"Berapa bersaudara?"
"Satu pun gue ga punya."
"Lo anak tunggal?" Roseanne terus mengutarakan pertanyaan yang dirasa sepele untuk ditanyakan pada orang asing bernama Jahesa yang tengah mengantarnya pulang.
Jahesa mengiyakan. "Iya."
"Ternyata lo lebih garing daripada yang gue kira yah." Rose berkata pelan, sembari terus melangkah menyamai Jahesa yang kakinya cukup panjang itu.
Jahesa mengalihkan pandangannya pada perumahan yang keduanya lewati itu. "Emang perokok yang lo kenal itu suka bikin ketawa dan hidupnya gak pernah ada beban?"
"Iya. Betul sekali." Rose mengiyakan sembari melirik lelaki disampingnya itu.
"Gak semua perokok begitu sih. Mungkin lo cuman ketemu modelan kek gitu doang makanya lo cepat narik kesimpulan." Jahesa menerangkan, tanpa membuat kontak mata dengan gadis sma itu.
"Ah ya, kita udah sampai."
Jahesa menghentikan langkahnya. Ia melihat rumah besar dengan pagar mewah yang terbentang di sekelilingnya. "Ini rumah lo?"
"Iya. Ga nyangka banget lo rumah gue kek gini," ucap Roseanne dengan selipan candaan disana meski tak ditertawai oleh Jahesa.
Lelaki itu memasukkan kedua tangannya pada saku celananya. "Yaudah lo masuk."
"Makasih ya, Jahe."
"Jahe?"
Rose mengangguk cepat sembari tersenyum. "Gue manggil lo Jahe."
☆☆☆☆
"Pacar kamu?"
Setelah membuka pintu pagar dan masuk ke pekarangan rumahnya, Roseanne mendapati sang ayah tengah menatap anak semata wayangnya itu dengan serius. "Pacar kamu?"
"Bukan, itu-"
"Jangan jatuh cinta, Roseanne. Kamu bakalan dijodohin, nanti sia - sia sudah usaha kamu."
Roseanne melihat ayahnya dengan tatapan geram. Gadis itu dibuat kesal dengan ucapan sang ayah. Ia sangat membenci setiap perkataan yang seolah selalu menyudutkan dirinya itu.
Ia mengangguk pura - pura menyetujui. "Oh, supaya gak kayak ayah sama ibu yang hobinya jadi suka selingkuhan?"
"Iya. Sekarang masuk kamar dan istirahat."
"Ibu dimana?"
"Ibu lagi dikamar sama sepupu kandungnya. Mending kamu ga usah sok sibuk dengan kami." Dengan begitu, ayah Roseanne masuk kedalam mobilnya dan pergi dari rumah tersebut.
Rose, dengan wajah sedihnya dan sambil menundukkan kepalanya tanda kecewa, berjalan menuju pintu pagar berlapis perak itu dan menutupnya itu.
Ia sama sekali tak tahu bahwa ada sepasang mata yang melihatnya dengan tatapan penuh murka.
"Menarik."
-----
siapa hayoooo?salam 3002,
arga
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead Man's Feeling ✓
Ficción GeneralDia Roseanne Wiyana. Gadis yang setia menemani malam si mahasiswa amburadul. ©biangpenat, 2020