50. Sapaan Maut

610 111 2
                                    

Mobil Jahesa terparkir manis disana. Roseanne yang sejak tadi diliputi kepanikan itu langsung keluar dan lari terbirit-birit menuju lokasi yang ditentukan.

"ROSE!"

Pekikan Jahesa tak ditepis perempuan itu. Dia sudah jauh disana dan Jahesa baru mengeluarkan tubuhnya dari dalam mobil.

Ia pandang sekeliling, jadi mengingat masa dulu saja ketika harus datang bergerombolan bersama teman yang mendaftar. Sayang sekali ia tak bisa merasakannya karena lebih memilih kuliah di Surabaya dibanding Jakarta.

Jahesa kini berjalan mengikuti langkah Roseanne yang sudah jauh di depan sana. Tangannya tak henti memegang erat sebotol air mineral yang sempat dibeli untuk istrinya itu sebelum mereka berangkat.

Untung saja Jahesa tidak tersesat.

Lelaki itu berada tepat di lokasi yang sudah dihiasi banyak mahasiswa baru, atau pendaftar ia pun tidak tahu.

Maniknya berputar sana-sini, mencari sosok puan itu.

"Ketemu," gumamnya lalu berjalan kearah Roseanne.

Gadis itu rupanya sedang ikut berbaris dengan pendaftar lainnya.

"Rose."

Namanya dipanggil namun tak berasal dari depan melainkan dari samping. Dia memalingkan wajah dan mendapati Jahesa tersenyum padanya.

"Kenapa?" tanyanya sembari membuka mulut lebar.

Jahesa tak merespon. Lelaki itu justru semakin mendekat dan kini menyodorkan sesuatu ke genggaman Rose. "Nanti dehidrasi."

Rose langsung sadar bahwa benda yang ia pegang itu adalah sebuah botol berisikan air mineral. "Makasih."

"Nanti telpon kalau udah selesai."

Roseanne lekas mengangguk, pun Jahesa segera berlalu dari sana sebab ada kesibukan lain yang harus ia perbuat hari itu.

Gadis itu kembali fokus pada tujuannya disana. Mendaftarkan diri dalam ujian mandiri. Bukannya tidak bisa SN atau SB, hanya saja waktu itu Rose dilanda banyak pikiran dan masalah sehingga baru mendaftar sekarang. Semoga saja dia lolos.

Perlahan tapi pasti, rombongan orang di depan Rose semakin menipis dan akhirnya gadis itu tiba di depan panitia penyelenggara.

"Roseanne Adiningrat."

"Dokumennya."

Rose segera memberi berkas di tangannya. Ia pun tak lupa menyimpan botol tadi di atas meja panitia, hanya untuk waktu sebentar.

Panitia sontak mengerutkan alis, mereka pun terlihat saling berbisik dan langsung salah satunya mengutarakan sebuah permasalahan.

Roseanne juga langsung menyesal disaat itu juga. Mengapa dia begitu teledor?

"Apa Anda sudah mengecek isi berkas? Ini bukan berkas pendaftaran, melainkan surat soal perusahaan."

Rose mengambil berkas itu dan betapa terbelaknya dia mendapati isi didalamnya. Ini punya ayah Jahesa. Ah....sudah pasti suaminya salah mengambil.

"Aduh, gimana ini....Mohon maaf, apa saya bisa pergi mengambil berkas yang sebenarnya?"

Salah satu panitia mengangguk. Wajahnya pun sedikit terganggu mendapati mahasiswa baru malah membuat kesalahan kecil seperti ini.

"Bisa, tapi Anda harus mengantri lagi."

Rose mengangguk. "Baiklah. Saya permisi."

Buru-buru ia mengambil botol air mineralnya dan berangkat dari sana. Setelah menjauh, Rose pun mengambil ponselnya dari tas dan lantas mematikan mode pesawat, ingin memanggil suaminya datang kesana.

Dead Man's Feeling ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang