Terlalu malas untuk sekedar bangkit dari tempat tidur mengingat hari ini adalah hari Sabtu, membuat Rose tak sadar bahwa sudah ada 2 panggilan tak terjawab dari si dia yang baru saja berbaikan dengannya itu.
drrt...
Getaran ponsel terus terdengar nyaring, hingga Rose putuskan untuk menggerakkan tangannya mencari si sumber berisik pagi itu. "Halo? Gak lihat jam apa, ini masih jam 5. Masih ngantuk. Mau tid-"
"Ini udah jam 10 jadi selamat pagi, Roseanne."
Mata Rose mendelik. Hey, bagaimana bisa Jahesa yang bisa dikata jarang sekali menelpon itu tiba-tiba saja melakukan panggilan pagi yang sukses mempercepat detak jantung Roseanne?
Sungguh malu hati ini karena sapaannya sangat tak sopan.
Rose lalu mengucek matanya dan sibuk merapikan rambut dalam beberapa detik. Ia berdehem dan lanjut berucap. "Pagi. Kenapa?"
Suaranya kali ini benar sangat halus. Dasar kau Roseanne!
"Kamu mau-"
"Mau," potong Roseanne tanpa sadar, hingga akhirnya ia mengerutkan keningnya karena diri yang kebingungan itu.
"Aku belum kasitau mau ngapain."
Rose mengangguk cepat seraya menyunggingkan senyum begitu manis, tak peduli apabila Jahesa bahkan tak melihat momen langkah seperti ini. "Ngapain aja aku mau."
"Mau ketemu ayah dan kak Ital? Sekalian kenalan dan bisa deket sama mereka."
"Iya, eh-" Ucapannya sangat gantung. Rose sungguh bodoh karena tak memikirkan pertanyaan Jahesa dan sudah seenaknya menjawab dengan iya. "-EH, bentar. Apa? Maksudnya ketemu ini? Serius?"
"Iya."
"Aduh, kayaknya gak bisa." Confidence Rose sudah begitu datar. Sederajat dengan lantai kamar punyanya.
"Katanya tadi mau. Jadi beneran gak bisa nih?"
Ah, tak bisa ia jika sudah mendengar nada memohon yang dikeluarkan Jahesa Adiningrat. Lelaki itu sangat tahu bagaimana cara meluluhkan hati Rose.
"Jam berapa?" tanya Rose seadanya, seakan sudah enek dengan diri yang keceplosan dan tak berpikir sebelum mengiyakan itu.
"Jam 7 malam. Aku jemput."
"Oke."
"Selamat pagi dan jangan lupa kamarnya dirapin pemalas."
"Idih, siapa bilang aku orangnya malas-"
tut tut tut
Tak lagi melanjutkan kalimatnya, Rose sudah kembali membuang ponselnya di sembarang tempat. Gadis itu kembali membaringkan tubuhnya di atas kasur.
Aish, ini kok gue bodoh banget!, batinnya berucap seraya kedua tangan yang memukul kasur tak bersalah itu.
"Hih ini mau pake baju apaan dah?"
"ANNE!"
Rose langsung saja duduk di pinggiran kasur, menatap ibu dengan mata yang masih sangat mengantuk itu. "Ibu kenapa gak ketuk pintu?"
"Tadi ayahnya Jahesa telpon. Katanya kamu diminta ikut makan malam keluarga Adiningrat kan dirumah mereka?"
Rose mengangguk polos. Ia masih shock dan entah bagaimana kabar mengejutkan terus datang di pagi itu.
"Nah sekarang, kamu ambil black card ibu-" Renata mengeluarkan kartu yang tak pernah dipunyai Rose itu dan tiba-tiba saja sudah menyodorkan barang tersebut di hadapan Rose. "-terus kamu beli pakaian yang bagus. Go to salon dan jadi secantik mungkin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead Man's Feeling ✓
General FictionDia Roseanne Wiyana. Gadis yang setia menemani malam si mahasiswa amburadul. ©biangpenat, 2020