⠀⠀⠀⠀⠀short story : Pameran Cinta

1.7K 150 14
                                    

Sinopsis :

Dua mantan yang saling pisah namun disatukan dengan tidak sengaja oleh sebuah pameran seni.

Genre : Romansa

Pemeran : Rocea dan Jeffrey

(vote dan komen please)

_____________________________________________________________________

"Rocea, angkat pantat kamu dari sofa bunda, itu mahal. Khusus didatangkan dari Jepara, tahun 19-"

"Iya, aku bangun ini!"

Rocea Delila, gadis dengan rambut gelombang yang ia ikat tinggi itu menatap malas sang bunda yang akan selalu memarahi jika menduduki sofa empuk miliknya.

Sebenarnya ia mau saja berpindah ke sofa lain, namun kakinya sudah terlalu malas untuk pindah dari sofa empuk dengan warna hitam sebagai dasarnya dan adanya gambar bunga mawar.

Sederhana, namun Rocea suka.

"Ngapain ngeliatin sofa bunda kayak gitu, mendingan kamu siap - siap, terus pergi sama ayah!" perintah bunda Roce lalu kembali menyibukkan dirinya untuk membaca berita yang agaknya penting didalam layar kecil itu, ponsel namanya.

Rocea menautkan kedua alisnya, melipat kedua tangannya didepan dada. "Buat apa bun?"

"Datang ke pameran seni dekat sekolah kamu. Katanya itu pemiliknya kaya raya dan masuk majalah Forbes loh!"

"Jadi?"

Rocea kembali bertanya dengan wajah kebingungannya. Bunda menatap Rocea dengan kesal. "Buat kenalan. Katanya dia cowok, ganteng lagi!"

"Emang orang ganteng cuman dia? Lagian ini udah sore, aku mau tidur. Mama kan tahu kalo aku tidur jam enam sore!" protes Roce, seakan tak mau datang kesana.

Bukan karena ia tak mau datang bersama sang ayah, masalahnya adalah Rocea sangat buta seni.

Contoh saja, tak bisa menulis cerpen, selalu gagal dalam praktek seni budaya, lalu ada si bunda yang selalu mengejeknya karena bernyanyi dengan suara cempreng di dalam kamar mandi.

Bukankah suara akan bagus di kamar mandi? Mengapa hal tersebut tak berlaku bagi Rocea?

Bunda Roce menatap anak keduanya itu dengan jengah. Akhirnya sebuah ide terbesit di pikirannya. Bunda menatap Rocea kali ini dengan seringai pelan. Roce tahu bahwa ini bukan hal yang baik.

"Gak mau? Yaudah!"

Rocea menarik napas lega mendengar penuturan sang ibu, kemudian ia berbalik arah untuk menaiki tangga ke lantai dua, sebelum kalimat berikut diucapkan oleh sang bunda.

"Gak ada jatah uang jajan, motor kamu disita, dan kamu gak boleh teleponan sama Abang Chanyeol!"

Rocea berjalan dengan terpaksa ke hadapan bunda yang tengah duduk di sofa empuk itu. "Bunda, tapi abang Reza bilang dia bakalan telepon aku. Masa dia lupa sama adek sendiri!"

"Dia itu udah nikah! Mana udah merantau ke negeri orang lagi! Masa tugasnya cuman telepon kamu, gak penting amat!"

Ucapan Bunda berhasil membuat Rocea sekali lagi jengkel namun tak pernah bisa membencinya.

Tentu saja, karena pernah sekali ia berkata demikian dan yang terjadi adalah ia harus tidur di teras rumah. Sangat menyakitkan, bukan?

Roce mendengus sebal. Ia kesal.

"Emang tuh pameran seni ada penting apa sih sama ayah? Ayah juga belom pulang jam segini!"

Bunda menggeleng pelan mendengar keluhan anaknya untuk kesekian kalinya. "Gini Ro, ayah kamu itu salah satu yang diajak kerjasama sama tuh laki, makanya bakalan ada lukisan hasil karya ayah sama tuh orang, jadi kamu harus datang dong!"

Dead Man's Feeling ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang