7👽

366 27 4
                                    


7.rahma datang

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Happy reading!❤








Drtt...drttt...

Tuk....

"shanna gila lo dimana?"

Shanna yang baru saja bangun mendudukan dirinya, mengumpulkan setengah kesadarannya. Mendengus mendengar pekikan sahabatnya itu. "apasih win!"

"lo kenapa belum dateng anjrit! Dua menit lagi pelajaran pak akik!". Shanna tersadar. Gadis itu membulatkan matanya ketika melihat jam sudah menunjukan 8.32

Mendengarkan ocehan wina sepertinya tidak ada gunanya. Dengan cepat gadis itu berlari kekamar mandi, hanya membasuh wajah karna mandi sepertinya tidak akan cukup waktu.

Sesudah bersiap gadis itu segera berlari kearah mobilnya. Menancap gas diatas rata rata.

Untung sekali tidak macet. Sesampainya diparkiran gadis itu menghela napas lega ketika gerbang belum ditutup. Dengan cepat dirinya berlari masuk.

Sesampainya dipintu kelas gadis itu tersentak ketika melihat guru botak sedang melihat kearahnya dengan wajah murka. "ngapain aja kamu baru dateng?!"

Semua murid menoleh kearahnya, termasuk sahabat sahabatnya sudah melihat dengan pandangan prihatin.

"maaf pak shanna kesiangan" ujar gadis itu hati hati.

"kesiangan kesiangan, sering sekali kamu dateng telat!"

"yamaaf"

"maaf maaf. Udah saya hukum aja kamu biar tahu rasa" ujar pak akik berkacak pinggang, berjalan mendekati shanna.

"yah pak, jangan hukum dong, saya janji gak bakal ulang lagi" shanna mengangkat jari telunjuk dan tengah nya. Feace.

"saya udah kasi kamu toleransi shanna!" pekik pak akik tidak ada santai santainya. "udah sana lari keliling lapangan sampe pelajaran bapak selesai!"

Shanna membulatkan matanya kaget. Termasuk teman teman kelasnya. Memang pak akik jika sudah memberi hukumann gak tanggung tanggung.

"gila pak! Itu berapa keliling?" tanya shanna kaget. "saya belum sarapan, kalo saya pingsan bapak mau tanggung jawab?"

"brisik. Udah sana kamu lakukan aja hukuman yang saya beri, kamu dikasih kesempatan malah disia sia in!"

Shanna berdecak, malas mendengarkan ocehan guru botak itu. Gadis itu segera berjalan kearah lapangan, melemparkan tasnya kursi besi panjang yang ada disana. Setelah itu dirinya berlari mengelilingi lapangan yang menurutnya sangat besar itu. Untung saja ini matahari pagi, jika tidak kulit putihnya akan hangus terbakar.

Empat putaran gadis itu masih semangat, dengan peluh keringan membanjiri wajah cantiknya. Lebih baik upacara si ini, daripada lari setengah jam seperti ini. Gadis itu melihat kelantai dua dan tiga, melihat beberapa cowok sedang memperhatikannya, sesekali ada yang memberi semangat.

"yeu anjir. Katanya suka ama gue, giliran gue dihukum aja gak ada yang ngorbanin buat gantiin hukuman gue!" grutu gadis itu sebal sambil terus berlari. Sesekali mengelap keringatnya dengan pergelangan tangannya.

Tujuh putaran gadis itu sudah mulai menyerah. napasnya  sudah tak beraturan, mana tadi tidak sempat sarapan dulu lagi.

Gadis itu berjongkok, mengusap keringatnya, mendongak kelantai dua ada tiga gadis sedang mencibirnya diam diam.

BitterloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang