Exstra Chapter

13.1K 736 83
                                    

Exstra Chapter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Exstra Chapter

***

Arsen menggeram marah saat Nafil tak kunjung membuka pintu kamarnya. Pria itu menoleh menatap Cleo datar, wanita itu menatapnya datar sambil bersedekap dada. "Berapa kali aku harus bilang kalau dia tidak menyukai jalang itu, aku saja tidak sudi punya menantu seperti dia," ucap Cleo yang masih memprotes masalah perjodohan Nafil dan Ardel.

"Janji tetaplah janji, aku tidak bisa mengingkari janjiku kepada Ansel."

"Dia tidak peduli dengan semua itu, apa kau tidak sadar?" Cleo menatap Arsen marah.

Pria itu berdecak lalu menghembuskan napasnya pelan. "Aku tahu, tapi aku sudah mengatakannya, kau tahu aku bukan orang yang selalu mengingkar janji," jelas Arsen membuat Cleo memutar bola matanya malas.

"Siapa suruh mengatakan hal yang belum pasti, dasar pria."

Arsen menatap kepergian istrinya datar. Wajahnya begitu masam bersamaan dengan rasa pening di kepalanya. Tatapan matanya kembali tertuju pada pintu kamar yang masih tertutup rapat, mau tidak mau ia harus mencari cara lain agar putranya itu mau keluar dari kandangnya. Sudah dua hari Nafil mengurung diri di kamar, sepertinya lelaki itu akan bunuh diri secara perlahan-lahan hanya karena pernikahannya dengan Ardel yang akan berlangsung besok.

"Kemarilah, aku membutuhkanmu," ucap Arsen melalui telepon. Wajahnya tampak berubah datar kala mendengar perkataan seseorang di seberang sana.

"Ayolah besok pernikahan mereka akan berlangsung bagaimana ini? kita tidak mungkin membatalkannya."

"Terserah kau saja, aku tidak peduli. Ada hal yang lebih penting yang harus aku urus," kata Ansel dingin.

"Soal itu nanti saja, kau harus membantuku mengurus pernikahan ini dulu, putraku mengurung diri di dalam kamarnya selama dua hari, aku curiga dia masih bertahan atau dalam proses menuju kematian," tutur Arsen membuat Ansel berdecak malas di seberang sana.

"Urus saja urusanmu sendiri, Arsen. Keluargaku lebih penting, jangan ganggu aku dengan pernikahan konyol itu, ini semua karena dirimu yang terlalu ngotot menikahkan mereka. Anak itu bukan darah dagingku, kau sama saja tidak menepati janjimu, bodoh."

Arsen menggeram marah kala Ansel mematikan sambungan telepon sebelum dirinya memprotes perkataan pria itu. Hembusan napas gusar keluar dari mulutnya, detik itu juga Arsen menyadari satu hal saat seorang pria datang memperlihatkan undangan yang akan segera di sebar. Mata Arsen memicing saat melihat jelas nama seorang gadis yang sebentar lagi akan menikah dengan putranya.

MAFIA PRINCESS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang