Jam 2 siang Joana sudah duduk manis di sebuah restoran mewah dengan view kota Jakarta dari ketinggian.
Sesekali cewek itu menatap pintu restoran. Sekedar memastikan orang yang ditunggu sudah datang atau belum.
Tapi ternyata belum ada tanda-tanda calon kliennya itu akan datang.Joana jadi bertanya-tanya dia yang datang terlalu awal atau calon kliennya yang suka ngaret. Sebenarnya Joana nggak suka kalau disuruh menunggu lama. Batas waktu menunggunya adalah 15 menit setelah janji temu. Dan kini sudah masuk 10 menit. Kalau sampai 5 menit lagi orang itu nggak datang Joana akan pergi. Nggak perduli meskipun itu calon klien yang berpotensi tinggi.
Dan 5 menit akhirnya berlalu gitu aja. Calon klien yang Sean bicarakan nggak datang juga. Joana pun berdiri dan meraih tasnya. Bersiap pergi dari sana.
"Buang-buang waktu aja," gumam Joana agak kesal.
Joana berbalik hendak meninggalkan restoran. Tapi dia malah menemukan sosok tak asing yang baru masuk restoran. Ngapain dia di sini? batin Joana.
Entah cuma perasaan Joana aja atau memang sosok itu tengah berjalan dan menatap ke arahnya.
Joana sampai diam di tempat seolah-olah menunggu sosok itu melewatinya.
Tapi ternyata sosok itu nggak melewati Joana. Dia justru berhenti di depan Joana. Bibirnya memasang senyum lebar dan memunculkan pipi bolong andalannya."Long time no see, Joana."
Joana mengerjap beberapa kali. Dia bingung mau jawab apa. Ah, lebih tepatnya Joana nggak nyangka bakal ketemu lagi sama sosok itu. Joana nggak nyangka bakal ketemu lagi sama Jeffrey setelah seminggu lebih cowok itu hilang bak ditelan bumi.
"Joana?" tegur Jeffrey.
"Ngapain di sini?" tanya Joana tanpa basa-basi.
"Ketemu kamu," jawab Jeffrey. Senyumnya masih terpatri apik di bibirnya.
Joana mendengus pelan. Sudah bisa menebak jawaban Jeffrey. Ia pun bergerak berniat meninggalkan Jeffrey.
"Joana!"
Jeffrey menahan tangan Joana. Lalu Joana memberikan lirikan sinis seperti biasanya.
"Kamu di sini buat gantiin bos kamu, kan?" tanya Jeffrey.
"Nggak usah sok tau," sahut Joana.
"Bukan sok tau tapi ...." Jeffrey mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan deretan pesan singkat pada Joana. "Sean bilang kamu yang bakal datang."
"Lo--"
"Salam kenal, Jo. Aku Jeffrey pemilik JF Furniture. Perusahaan yang akan kerjasama sama perusahaan kamu," jelas Jeffrey.
Kini, Jeffrey nggak lagi menahan tangan Joana. Cowok itu sudah menjabat tangan Joana dengan erat. Sementara Joana masih diam. Seolah lagi memproses kenyataan yang baru dia dengar dari mulut cowok antah berantah ini.
Nggak salah? Cowok brengsek yang nggak jelas ini adalah calon klien yang dimaksud Sean? Joana menolak percaya.
"Nggak usah ngaku-ngaku," ujar Joana nggak percaya.
"Perlu bukti? Kalo gitu telfon Sean. Tanya sama dia siapa calon klien yang hari ini harus kamu temui," tantang Jeffrey.
Nggak menunggu lama Joana pun langsung menghubungi Sean. Cewek itu agak menjauh dari Jeffrey untuk mendengar langsung dari Sean perihal calon klien yang hari ini harus dia temui.
Lantas setelah berhasil menghubungi Sean jawaban tak terduga pun Joana dapatkan.
"Namanya Jeffrey, Jo. Kenapa? Masa kamu nggak tau?"
"O-oke, Pak. Saya paham. Kalo gitu saya tutup dulu."
Joana mengakhiri panggilannya. Dia kembali ke depan Jeffrey yang sudah duduk manis di kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days With J
FanfictionJoana tidak akan menikah. Joana akan menghabiskan seumur hidupnya dengan melajang. Tapi insiden malam itu malah membuat Joana terjebak dengan Jeffrey, laki-laki yang terobsesi ingin menjadikannya pasangan hidup. Joana sudah menolak Jeffrey tapi Jeff...