"Gimana, dok?"
"Tenang aja. Lukanya nggak terlalu parah kok. Tulangnya juga baik-baik aja."
Joana menghela napas lega begitu mendengar jawaban sang dokter. Rasa khawatirnya seketika menguap setelah tau Jeffrey baik-baik aja. Walau tadi kelihatannya lelaki itu seperti akan mati aja karena hidungnya yang mengeluarkan banyak darah.
"Makasih, dok," ucap Jeffrey kemudian keluar dari ruangan dokter bersama Joana.
Keduanya berjalan berdampingan menyusuri koridor rumah sakit. Namun dengan mimik wajah yang berbanding terbalik. Jeffrey dengan senyum sumringahnya sementara Joana dengan raut masamnya.
"Cie, yang tadi panik," ejek Jeffrey sembari menyenggol bahu Joana pelan.
Seperti biasa Joana hanya menanggapinya dengan decakan malas. Dan Jeffrey makin gencar merecoki cewek yang belum genap dua jam mengakuinya sebagai pacar itu.
"Nana ...," panggil Jeffrey dengan suara yang mendayu-dayu.
"Nana ...,"
"Nana, Nana, Nana."
"Ck! Apaan, sih? Berisik tau nggak?!" sentak Joana.
Lengan kekar Jeffrey sudah melingkar di bahu Joana. Membuat cewek itu berada dalam rangkulannya.
"Jangan cemberut mulu. Jadi bikin aku pengen gigit tau nggak," celetuk Jeffrey.
Sebelah tangan Jeffrey sudah mendarat di wajah Joana. Menahannya supaya nggak berpaling sementara dia sendiri membuat gerakan seolah akan menggigit pipi Joana.
"Ish! Jeffrey!" seru Joana jengkel.
"Abisnya kamu bikin gemes kalo lagi marah gini," tutur Jeffrey.
Joana melayangkan lirikan sinisnya yang sukses membuat Jeffrey agak menjauhkan wajahnya dari wajah Joana.
"Gue patahin beneran tuh hidung. Mau?" ancam Joana.
"Nggak!!" tolak Jeffrey secara spontan.
Ya, lagipula mana ada orang yang mau dengan sukarela hidungnya dipatahkan. Apalagi jika bentuk hidung orang tersebut mancung sempurna seperti hidung Jeffrey. Pasti nggak ada, kan?
Karena nggak ingin diancam lagi oleh Joana Jeffrey pun memutuskan berhenti mengejek cewek itu. Pada akhirnya dia cuma berjalan berdampingan dengan Joana sambil menggandeng tangan Joana. Untungnya Joana nggak melayangkan protes sama sekali.
"Mana kuncinya?"
Keduanya tiba di parkiran rumah sakit. Joana sudah menengadahkan tangannya untuk meminta kunci mobil pada Jeffrey.
"Kunci apa, Na?" tanya Jeffrey. Nggak lupa dengan mimik wajah polosnya.
Joana mengeluarkan dengusan pelannya. "Kunci mobil, Jeffrey Wilsen," tutur Joana penuh penekanan.
"Buat apa?"
Sikap Jeffrey saat ini benar-benar membuat Joana nggak habis pikir. Sebenarnya tadi yang dia lukai itu hidung Jeffrey atau justru kepala Jeffrey? Kalau hidung lantas kenapa efeknya malah ke otak? Buktinya lelaki itu mendadak bodoh dan nggak tau fungsi kunci mobil.
Nggak ingin berlama-lama dengan perang opini di benaknya Joana memutuskan mencari kunci mobil Jeffrey sendiri. Kini, cewek tinggi itu sudah menggerayangi tubuh tegap Jeffrey.
"Eh! Eh! Kamu ngapain, sih, Na? Malu diliatin orang!!" seru Jeffrey panik.
Kalau sedang di rumah sih Jeffrey setuju aja digerayangi Joana. Tapi kalau di tempat umum beda lagi. Yang ada nanti mereka diusir satpam rumah sakit karena ketahuan berbuat yang iya-iya.
![](https://img.wattpad.com/cover/259391098-288-k849431.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days With J
FanfictionJoana tidak akan menikah. Joana akan menghabiskan seumur hidupnya dengan melajang. Tapi insiden malam itu malah membuat Joana terjebak dengan Jeffrey, laki-laki yang terobsesi ingin menjadikannya pasangan hidup. Joana sudah menolak Jeffrey tapi Jeff...