Guys, tau nggak, sih? Aku suka kalo dispam komen gini. Semangatku buat nulis jadi naik 1000 kali lipat. Eaaak!!Pukul 7 pagi Ten sudah berada di kediaman keluarga Joana. Dia duduk anteng di sofa ruang tamu dengan secangkir teh yang baru saja disajikan oleh mama Joana.
"Sebentar, ya. Tante panggil Joana dulu," tutur Nilam.
Ten mengangguk sambil tersenyum tipis. "Iya, Tante," jawab Ten.
Kemudian wanita paruh baya itu menaiki lantai dua untuk memanggil Joana.
Ten meraih teh hangat di depannya. Dengan gerakan pelan ia meminum teh tersebut. Ringisan pelan pun terdengar setelah bibirnya berhasil mencecap teh tersebut. Itu karena luka sobek di sudut bibirnya. Kali ini terlihat lebih parah daripada sebelumnya. Nggak cuma itu. Sekarang luka di wajah Ten juga bertambah di pipi kanan dan kirinya juga di dekat mata serta di pelipisnya. Yang pasti semua itu benar-benar membuat Ten terlihat amat menyedihkan. Tadi aja mama Joana sampai terkejut dengan keadaan Ten.
"Nana bentar lagi turun. Tunggu sebentar, ya," pinta Nilam memecahkan lamunan Ten.
"Iya, Tante," jawab Ten.
Selanjutnya Nilam berlalu ke dapur untuk melanjutkan aktivitas memasak sarapannya.
Nggak lama Ten mendengar suara langkah yang terburu-buru menuruni anak tangga. Saat itu juga Ten bisa melihat Joana yang berdiri di depannya dengan napas memburu dan wajah sarat akan rasa khawatir.
Cuma dengan melihat raut khawatir di wajah Joana aja Ten sudah merasa bersyukur. Dia bersyukur karena seenggaknya Joana masih sangat peduli padanya. Walau setelah ini mungkin Ten akan jarang melihat kepedulian cewek itu padanya.
"Ten ... lo ...." Suara Joana tertahan di tenggorokan.
Cewek itu mengambil posisi duduk di samping Ten. Dengan badan agak menyerong hingga bisa menatap wajah Ten yang babak belur. Ten pun melakukan hal yang sama. Cowok itu kini sudah membalas tatapan Joana.
"Lo berantem sama Jeffrey?" tanya Joana tanpa basa-basi.
Tangan Joana sudah mendarat di wajah Ten. Lalu, Ten menggenggam tangan Joana dengan lembut. Matanya terpejam erat seakan menikmati sentuhan lembut Joana.
"Ten, jawab!" desak Joana.
Mata itu akhirnya kembali terbuka. Menampilkan sorot teduh seperti biasanya.
"Nana ...," gumam Ten.
Ten jarang sekali memanggil Joana dengan nama Nana. Alasannya karena Joana sendiri yang nggak mau dipanggil dengan nama itu. Kata Joana panggilan itu membuatnya terlihat seperti adik Ten. Tapi sekarang Ten malah memanggilnya dengan nama Nana.
Joana sempat tertegun selama beberapa detik. Mungkin setengah nggak percaya sama apa yang baru dia dengar dari sahabatnya ini.
Ten menurunkan tangan Joana dari pipinya. Cowok itu beralih menggenggam tangan Joana dengan erat. Mengusap punggung tangannya dengan lembut untuk menyalurkan rasa aman dan nyaman. Karena demi apapun cuma itu yang Ten inginkan. Ten cuma ingin membuat Joana nyaman saat bersamanya.
"Aku sayang sama kamu, Na," ucap Ten memulai pembicaraan.
"Aku juga," jawab Joana tanpa ragu.
Bibir tipis Ten kini mengulas senyum termanisnya.
"Kamu tau nggak? Semalem aku berantem hebat sama Jeffrey," tutur Ten tanpa melunturkan senyumnya.
Joana masih diam dan menunggu kelanjutan dari ucapan Ten.

KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days With J
FanficJoana tidak akan menikah. Joana akan menghabiskan seumur hidupnya dengan melajang. Tapi insiden malam itu malah membuat Joana terjebak dengan Jeffrey, laki-laki yang terobsesi ingin menjadikannya pasangan hidup. Joana sudah menolak Jeffrey tapi Jeff...