"Dia siapa?"Lelaki bertuksedo hitam itu diam seribu bahasa saat Joana menyodorkan ponsel yang memuat potret bosnya bersama seorang cewek. Jelas dia tau siapa cewek itu. Tapi pertanyaannya apa dia berhak bicara pada Joana soal cewek itu?
"Jawab!" tegas Joana.
Wira, lelaki yang menjabat sebagai sekretaris Jeffrey itu menyandarkan punggungnya pada board kursi. Matanya menatap ke sekeliling kafe. Bukan untuk menikmati suasana kafe tapi untuk memilah kata-kata yang tepat untuk dia ucapkan pada Joana.
10 menit yang lalu cewek itu mendatangi kantor Jeffrey. Bukan untuk menemui Jeffrey tapi untuk menemui Wira. Bagaimanapun Joana tau kalau Jeffrey nggak ada di kantor. Dia sengaja menemui Wira karena dia pikir Wira pasti tau soal cewek di dalam foto itu.
"Kamu nggak mau cerita?" tanya Joana dengan nada datarnya.
"Mbak ... saya ...."
"Saya nggak minta hal yang sulit. Cukup kasih tau saya siapa perempuan ini dan apa hubungan dia sama Jeffrey."
Wira memejamkan matanya sejenak sebelum akhirnya berkata, "Dia Revi mantan pacar Jeffrey waktu SMA. Revi baru pulang dari Berlin 2 minggu yang lalu."
"Jeffrey belum bisa lupain dia?" tebak Joana.
"Nggak gitu, Mbak!" sergah Wira.
Lelaki itu mulai panik saat Joana memasang wajah skeptis. Dia pun menegakkan posisi duduknya.
"Mbak, saya yakin Jeffrey nggak serius. Dia cuma--"
"Iya. Saya tau Jeffrey nggak serius sama saya. Sejak awal saya aja yang bego dan percaya kalo dia serius sama saya," tukas Joana.
Rasanya Wira ingin mengumpati Jeffrey saat itu juga. Dia nggak habis pikir dengan apa yang Jeffrey lakukan. Jelas-jelas dulu Jeffrey sendiri yang mengejar Joana dan berusaha meyakinkan Joana atas perasaan dan kesungguhannya. Tapi sekarang apa? Setelah Joana benar-benar mempercayainya laki-laki itu malah mengkhianati Joana. Melupakan Joana cuma karena cinta pertamanya kembali.
Wira mengusap wajahnya kasar. Dia nggak tau harus bicara apalagi pada Joana. Terlebih sekarang cewek itu juga cuma diam. Wajahnya menunduk dan menatap foto Jeffrey dengan Revi. Wira yakin pasti sekarang Joana hancur.
"Saya udah sering dikhianati, Wir. Saya kira saya bakalan terbiasa sama yang namanya pengkhianatan. Tapi ternyata saya salah. Rasanya masih tetep sakit, Wir," ucap Joana dengan suara bergetar.
Masa bodoh. Wira nggak perduli apa yang nanti akan Joana pikirkan tentang dia. Yang pasti sekarang Wira sudah beralih berdiri di samping Joana dan memeluk cewek itu.
"Jeffrey emang brengsek, Mbak," gumam Wira seraya menepuk-nepuk punggung Joana.
"Saya yang bodoh, Wir," lirih Joana.
Nggak lama Joana melepaskan diri dari pelukan Wira. Cewek itu menengadahkan wajahnya dan mengusap sisa air mata yang masih menghias wajah pucatnya.
Saat ini Joana benar-benar seperti kehabisan energi. Semua karena masalah yang mendatanginya secara bertubi-tubi. Mamanya yang sampai sekarang belum sadar, Dila dan Ten yang membuatnya merasa jahat lalu sekarang Jeffrey yang ternyata benar-benar mengkhianatinya. Setelah ini masalah seperti apalagi yang akan kembali menghampiri Joana?
"Mbak ...," gumam Wira.
"Kenapa?" tanya Joana dengan suara pelan.
"Saya tau ... ini bukan hak saya untuk ngomong. Harusnya Jeffrey yang bicara tapi saya pikir sekarang itu udah nggak penting lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days With J
Fiksi PenggemarJoana tidak akan menikah. Joana akan menghabiskan seumur hidupnya dengan melajang. Tapi insiden malam itu malah membuat Joana terjebak dengan Jeffrey, laki-laki yang terobsesi ingin menjadikannya pasangan hidup. Joana sudah menolak Jeffrey tapi Jeff...