"Bisa ... lepasin tangan Joana?!"Aura mencekam terasa melingkupi dua orang yang kini hanya saling melempar pandangan tajam itu. Membuat Joana jadi sedikit ngeri hanya dengan melihatnya.
Jika seperti ini Ten dan Jeffrey membuat Joana jadi berpikir bahwa mereka orang asing. Tatapan yang terpancar dari mata mereka nggak seperti yang selama ini sering Joana lihat. Disatu kesempatan mereka terlihat asing.
Joana menggerakkan tangannya yang masih digenggam oleh Ten. Niat hati ingin melerai dua orang yang terlibat perang dingin itu. Sayangnya Ten seakan nggak perduli dengan isyarat dari Joana. Cowok itu tetap menggenggam tangan Joana tanpa mengalihkan tatapannya dari Jeffrey.
"Lo budeg?" desis Jeffrey.
Ten masih nggak mau menjawab. Sampai membuat Jeffrey tanpa sadar menghela napas jengah.
"Ten ...," gumam Joana.
"Lo siapa larang-larang gue buat pegang tangan Joana?"
Akhirnya setelah cukup lama diam Ten bicara juga. Walau dengan nada yang terdengar sangat nggak bersahabat. Percayalah Ten yang biasanya suka bercanda haha-hihi nggak jelas akan jadi sangat menyeramkan ketika sudah marah atau tersinggung. Dan sekarang Joana sudah mulai merasakannya.
Jeffrey terkekeh sinis mendengar pertanyaan dari Ten.
"Harus banget gue jelasin siapa gue?" Jeffrey balas bertanya dengan nada mengejek. Dalam sekejap raut wajah Jeffrey berubah datar. "Jadi, mending sekarang jauhin tangan lo!" titah Jeffrey.
"Jeff ... nggak usah ma--"
"Nggak usah ngatur-ngatur Joana bisa? Lo tuh cuma orang yang udah ngerusak Joana. Lo juga orang yang udah ngancem Joana pake foto-foto sialan itu!! Dan sekarang ... lo pura-pura perduli sama Joana? Busuk!!" maki Ten.
"Ten, lo apa-apaan, sih?!" tegur Joana.
Hari ini emosi Ten benar-benar sulit dikendalikan. Semua karena satu orang bernama Tristan. Ditambah lagi keberadaan Jeffrey yang terasa semakin memancing amarah Ten. Apalagi ketika mengingat bagaimana awal mula Joana bisa bertemu dengan Jeffrey. Rasanya kepala Ten akan meledak aja saking marahnya dia sekarang.
Ten nggak menanggapi teguran Joana. Sementara Jeffrey terdiam setelah menerima kalimat penghakiman dari Ten.
Tiba-tiba Ten melepaskan genggaman tangannya lalu berdiri berhadapan dengan Jeffrey. Cowok itu masih aja menampilkan wajah kaku tanpa senyumnya.
"Lo sadar nggak, sih? Lo itu brengsek. Bisanya cuma manfaatin kelemahan Joana," desis Ten.
Lalu, Ten pun beranjak meninggalkan Jeffrey dan Joana.
Suasana jadi hening setelah kepergian Ten. Jeffrey yang masih larut dalam omongan Ten dan Joana yang nggak tau harus bicara apa untuk mencairkan suasana.
Melihat Jeffrey menerima penghakiman dari Ten entah kenapa Joana jadi gelisah. Cewek itu bahkan sudah menggigit bibirnya. Menahan kegelisahan yang mendadak mampir ke dalam hati dan otaknya.
Padahal harusnya sekarang Joana senang karena Ten sudah menegur Jeffrey bahkan mencaci cowok itu. Tapi yang terjadi justru sebaliknya.Jeffrey terlihat memejamkan matanya sejenak. Lalu, menatap Joana yang juga tengah menatapnya. Nggak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Jeffrey. Hingga kemudian Jeffrey membalikkan tubuhnya. Berniat meninggalkan Joana sendirian.
"Jeff," gumam Joana.
"Kamu istirahat aja," kata Jeffrey sebelum menghilang di balik pintu.
Kenapa jadi seperti ini? Kenapa Joana ditinggalkan sendirian lagi? Padahal tadinya Joana sangat senang dengan kedatangan Ten juga Jeffrey, mungkin. Tapi sekarang keduanya malah meninggalkannya sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days With J
FanfictionJoana tidak akan menikah. Joana akan menghabiskan seumur hidupnya dengan melajang. Tapi insiden malam itu malah membuat Joana terjebak dengan Jeffrey, laki-laki yang terobsesi ingin menjadikannya pasangan hidup. Joana sudah menolak Jeffrey tapi Jeff...