64 END

10.2K 513 168
                                        


Seperti biasa promosi dulu.
Jangan lupa mampir, ya.

Jangan lupa mampir, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hei ... bangun ...."

Bisikan lembut itu menyapa rungu Joana. Memaksanya untuk membuka mata dan menatap sang pemilik suara yang kini tengah menyunggingkan senyum manisnya. Joana pun membalasnya dengan senyuman yang tak kalah manis.

"Morning," ucap Jeffrey seraya mengusap lembut pipi putih Joana.

"Morning," balas Joana dengan suara khas bangun tidurnya.

Setelah membalas sapaan Jeffrey perempuan itu malah meringsak masuk ke dalam pelukan Jeffrey. Tangannya melingkar erat di pinggang lelaki itu. Seolah menahan Jeffrey agar tak bergeser satu senti pun darinya.

"Udah pagi, sayang," kata Jeffrey.

"Hmm," gumam Joana.

"Yuk, mandi terus siap-siap," ajak Jeffrey.

Joana masih betah menenggelamkan wajahnya di dalam pelukan Jeffrey. Sementara Jeffrey yang gemas dengan sikap manja Joana pun tak mampu menahan senyumnya. Seandainya hari ini mereka tak ada agenda penting pasti Jeffrey akan benar-benar memonopoli Joana selama seharian penuh di dalam kamar ini.

"Na, hari ini kita harus fiting baju sama mama," ujar Jeffrey mengingatkan perempuan yang menyandang status sebagai calon istrinya itu.

"Ah, iya. Aku lupa," gerutu Joana.

Pada akhirnya Joana pun bangun. Walau dengan tampang melas dan rasa lelah yang masih belum meninggalkan badannya meski sudah dua hari lalu tiba dari Jeju. Joana tetap memaksakan diri untuk berdiri, meraih baju dari dalam lemarinya kemudian bergegas ke kamar mandi.

"Jangan lama-lama, Na! Aku juga belum mandi!" seru Jeffrey.

"Iya!" sahut Joana dari dalam kamar mandi.

Senyuman Jeffrey tak pernah luntur meski kini di dalam kamar bernuansa putih gading itu hanya tinggal dirinya. Ah, sebenarnya Jeffrey sedang bahagia sekaligus setengah nggak percaya kalau kini dia benar-benar dipertemukan kembali dengan Joana. Yang lebih membuatnya sulit percaya adalah sebentar lagi mereka berdua akan menikah.

Jeffrey memang mencintai Joana. Sangat. Tapi sejak kehilangan Joana dia sama sekali nggak berani berharap lebih pada Joana. Dia hanya ingin melihat Joana dan meminta maaf pada perempuan itu. Dia nggak pernah berani bermimpi untuk bisa kembali bersanding dengan Joana. Tapi ternyata Tuhan malah memberinya kejutan seperti ini. Joana menerimanya kembali. Joana menerima lamarannya. Joana masih mencintainya.

Mata pekat Jeffrey mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar milik Joana. Kamar yang dulu sering jadi saksi bisu akan seberapa hancur dirinya ketika Joana pergi. Namun sekarang kamar itu juga yang jadi saksi kebahagiaan yang Jeffrey miliki.

30 Days With JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang