Joana membuka matanya tiba-tiba. Menatap sekeliling yang terlihat asing. Tapi ternyata ada yang lebih asing yakni sepasang tangan yang melingkar di pinggangnya. Memeluknya sangat erat sampai membuatnya nggak berani bergerak.Bagaimana bisa? Apa yang semalam terjadi? Seingatnya semalam ia dan Ten pergi ke bar dan minum sedikit. Harusnya sekarang dia bangun di kamarnya sendiri atau paling nggak di kamarnya Ten tapi ini? Ini kamar orang asing.
Ragu-ragu Joana menoleh ke belakang. Cuma untuk liat rupa dari pemilik tangan yang memeluknya ini.
"Ghosh ...."
Joana menutup mulutnya. Nggak berani bersuara lebih keras. Tentu karena takut laki-laki yang memeluknya ini bangun.
Joana akui cowok ini tampan. Sangat tampan malah. Tapi sayangnya Joana nggak tertarik untuk menganggumi ketampanan cowok ini. Sekarang Joana lebih tertarik untuk melepaskan diri, bangun, dan pergi tanpa membuat cowok asing ini bangun.
Calm down, Joana. Batin Joana sambil memindahkan tangan yang sejak tadi memeluknya.
Untungnya cowok itu nggak keliatan terganggu sama pergerakan Joana. Sampai akhirnya Joana bisa lepas.
Joana bangun dan beranjak memungut pakaiannya. Ia juga baru sadar kalau area bawahnya terasa cukup nyeri. Jadi, sekarang dia udah nggak perawan lagi? Oke. Kalau mamanya Joana sampai tau bisa dipastikan kepalanya akan dibotakin.
Joana memakai gaun yang semalam dia pakai waktu ke bar bersama Ten. Dia juga ambil tasnya yang tergeletak di atas sofa.
Setelah itu Joana keluar dari kamar itu tanpa sepengetahuan cowok yang nggak Joana tau namanya."What the-- ... dari tadi gue nahan napas? Sialan!" umpat Joana begitu berada di lobi hotel.
Hotel? Oke. Ternyata semalam dia digelandang ke hotel dalam keadaan nggak sadar.
Joana merapikan rambutnya dan lanjut jalan sampai keluar dari gedung hotel. Waktu sampai di halaman tiba-tiba ponsel Joana bergetar. Joana kira dari Ten ternyata bukan. Nomornya aja nggak tercacat di buku telepon Joana.
0857xxxxxx
Sweetheart, kamu main curang.
"Apaan, sih?!" gerutu Joana.
Joana mau menutup ponselnya tapi lagi-lagi ponselnya bergetar. Kali ini bukan pesan tapi panggilan masuk.
"Halo? Ini siapa, ya?"
"Jo ... lipstik kamu ketinggalan di kamar aku."
"What the--"
"Oke. Nggak apa-apa. Nanti aku balikin."
"Mau lo apa, sih?!!"
"Nothing. Oh, iya! Buat yang semalam ... thanks, ya. Aku lumayan puas."
Telepon diakhiri gitu aja. Bahkan sebelum Joana mengeluarkan sumpah serapahnya.
"Argghh!! Pengen gue matiin aja nih cowok!!" umpat Joana.
Tenang. Joana berusaha tenang. Mungkin cowok itu cuma mau menakut-nakuti Joana. Iya, benar. Paling nanti juga pergi sendiri, bosan sendiri. Seperti yang udah-udah.
Tapi ... ternyata Joana salah.
Cowok itu beda sama cowok-cowok yang pernah deketin Joana.Cowok itu bahaya buat kelangsungan hidup Joana yang damai.
•30 Days With J•
Joana
Jeffrey
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days With J
FanfictionJoana tidak akan menikah. Joana akan menghabiskan seumur hidupnya dengan melajang. Tapi insiden malam itu malah membuat Joana terjebak dengan Jeffrey, laki-laki yang terobsesi ingin menjadikannya pasangan hidup. Joana sudah menolak Jeffrey tapi Jeff...