Komen lebih dari 70 janji bakal double update. Mwuehehe
😁😁😁Pukul 7 pagi rumah minimalis itu terasa cukup sepi. Tentunya karena hanya dihuni oleh satu orang, yaitu Joana.
Cewek itu sudah siap dengan setelan kerjanya. Kini, dia hanya perlu memakan roti bakarnya setelah itu bergegas berangkat ke kantor. Tapi kesibukannya mendadak terhenti ketika rungunya menangkap suara pintu depan yang dibuka dari luar.
Sambil mengunyah roti bakarnya Joana berniat memeriksa pintu depan namun ternyata sudah didahului oleh sang pelaku yang kini berdiri di ambang pintu dapur."Pagi, Nana," sapa sosok yang nggak lain adalah Jeffrey itu.
Joana memutar bola matanya malas. "Nama gue Joana bukan Nana," jelas Joana mengoreksi panggilan Jeffrey terhadapnya.
Lelaki itu nggak terlalu perduli dan malah ikut duduk di depan Joana. Mata jernihnya memperhatikan setiap gerak-gerik Joana. Mulai dari mengolesi roti dengan selai, menggigit roti tersebut, mengunyah bahkan sampai meneguk susu hangat di gelas depannya.
"Ck! Lo ngapain, sih? Ngeliatinnya sampe gitu banget," gerutu Joana.
"Kamu cantik," tutur Jeffrey sambil bertopang dagu.
"Udah tau," jawab Joana percaya diri.
Detik selanjutnya cewek itu diam. Larut dengan pikirannya sendiri.
Entah kenapa kini Joana nggak bisa bersikap terlalu ketus pada Jeffrey. Dia nggak bisa sekasar dulu saat bicara dengan Jeffrey. Joana nggak tau penyebabnya apa. Yang jelas karena hal itu sekarang Joana jadi bingung sendiri. Bahkan pelan-pelan ada rasa canggung yang menyusup dalam dirinya.
Untuk menyamarkan rasa canggung itu Joana berpura-pura fokus menyantap roti bakarnya. Sialnya Jeffrey masih aja menatapnya dengan intens.Akhirnya Joana mengalah. Dengan sisa keberaniannya cewek itu balas menatap Jeffrey. Bukan tatapan sengit seperti biasanya melainkan tatapan gugup yang dipaksa agar terlihat sengit.
"Lo kenapa, sih?" tanya Joana.
"Nggak apa-apa. Aku suka aja liat kamu lagi makan," jawab Jeffrey dengan nada bicara kelewat santai.
"Lo ... udah sarapan?" tanya Joana.
Senyuman manis pun langsung menghias wajah lelaki Wilsen itu. Terlalu manis hingga membuat Joana sedikit menahan napas cuma karena melihatnya. Oh, ayolah! Apa sekarang Joana sudah mulai luluh cuma karena senyum dan lesung pipi cowok itu?
"Ya, udah. Tunggu bentar. Gue buatin roti bakar dulu," putus Joana lalu beranjak menuju meja dapur di belakangnya.
Joana berdiri dengan posisi membelakangi Jeffrey yang duduk di depan meja makan. Dengan posisi itu seenggaknya Joana bisa sedikit mengatur deru napasnya sambil pura-pura sibuk menyiapkan roti bakar untuk tamu yang nggak diundangnya itu.
Sejujurnya sekarang Joana merasa sedikit asing sama perasaan dan kondisinya. Sejak berpisah dengan Tristan dia nggak pernah lagi yang namanya merasa gugup cuma karena dekat sama cowok. Tapi entah kenapa sejak kejadian malam itu segalanya berubah. Sejak malam saat Jeffrey datang ke rumah sambil hujan-hujanan kesan Joana ke Jeffrey pelan-pelan berubah. Bahkan hampir setiap malam Joana teringat sama momen malam itu. Joana selalu teringat wajah Jeffrey yang babak belur lengkap dengan tatapan sendunya. Joana selalu teringat dengan Jeffrey yang tiba-tiba memeluknya.
"Na, besok kita jalan, yuk!"
Kedua tangan Joana mengepal secara tiba-tiba karena Jeffrey yang melingkarkan lengannya di leher Joana. Cowok itu juga menumpukan dagunya di bahu Joana.
"Jeff lo ...." Kalimat Joana tertahan di tenggorokan.
"Besok nggak ada acara, kan?" tanya Jeffrey tanpa mengubah posisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days With J
FanfictionJoana tidak akan menikah. Joana akan menghabiskan seumur hidupnya dengan melajang. Tapi insiden malam itu malah membuat Joana terjebak dengan Jeffrey, laki-laki yang terobsesi ingin menjadikannya pasangan hidup. Joana sudah menolak Jeffrey tapi Jeff...