52

5K 435 113
                                    


"Ma ... Mama? Mama ke-kenapa?"

"Tante Nilam udah siuman, Jo."

Jawaban Sean di seberang sana terkesan seperti kembang api bagi Joana. Memberikan efek mengejutkan namun juga membuatnya bahagia. Sangat bahagia sampai-sampai air matanya kembali jatuh.

Sudah sangat lama Joana menantikan kabar ini. Dan kini dia bersyukur karena ia menerima kabar ini disaat hatinya sudah hancur. Kabar itu seperti penawar untuk Joana dengan segala kekalutannya.

Jeffrey mendekati Joana yang kini sudah mengakhiri panggilannya dengan Sean.

"Mama kenapa, Na?" tanya Jeffrey harap-harap cemas.

"Dia bukan mama kamu. Jadi ... berhenti panggil dia mama."

Itulah kalimat yang keluar dari mulut Joana sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan apartemen Revi.

Saat Joana sudah berada di ambang pintu Jeffrey pun bergerak. Berniat menyusul cewek itu dan pergi ke rumah sakit bersama. Namun cekalan tangan Revi membuat Jeffrey harus mengurungkan niatnya.

"Mau ke mana?" tanya Revi dengan nada dalamnya. Pandangan cewek itu terkesan tajam. Sangat berbeda dengan Revi yang biasanya Jeffrey lihat.

"Vi, aku harus temenin Nana," pinta Jeffrey.

Revi mendengus pelan sambil memalingkan wajahnya. Muak dengan jawaban yang Jeffrey berikan.

"Kamu mau nemenin perempuan itu? Terus ... gimana sama aku? Kamu nggak merasa perlu jelasin sesuatu sama aku? Kamu nggak merasa kalo aku--"

"Aku udah punya pacar! Ah, enggak. Dia calon istri aku. Maaf karena aku bohong sama kamu. Aku kira ... aku masih cinta sama kamu. Aku kira perasaan aku belum berubah. Tapi ternyata aku salah. Maaf, Vi."

PLAK!

Suara itu menggema dan memenuhi ruang tamu apartemen Revi. Tentu saja pelakunya adalah Revi. Cewek itu seakan ingin melampiaskan amarahnya dengan menampar wajah Jeffrey sekuat tenaga. Tapi Jeffrey sama sekali nggak keberatan. Dia diam dan bahkan kini membiarkan Revi memukuli dada bidangnya.

"Kamu jahat, Jeff!! Kamu jahat!! Brengsek!! Tega-teganya kamu bohongin aku?! Kamu bohongin aku ...." Napas Revi terengah-engah dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya.

" ... Kamu bohongin aku dan sekarang kamu mau ninggalin aku? Demi cewek itu? Tega kamu!! Aku udah bela-belain balik ke Jakarta untuk mulai semuanya dari awal sama kamu, Jeff. Aku ...."

Lelaki Wilsen itu menangkap kedua tangan Revi yang masih gencar memukuli dada bidangnya. Ia menatap Revi dengan mata merah penuh amarah dan rasa frustasinya.

"Kita harus berhenti, Vi. Aku emang salah. Aku udah bohong sama kamu dan Nana. Tapi--"

"Kamu bohongin dia karena kamu masih cinta sama aku, kan? Kamu lebih milih aku, kan? Berarti se--"

"Enggak, Vi!!"

Suara Jeffrey terdengar tegas. Seakan memperjelas keputusannya saat ini.

Mata Jeffrey memerah menahan air mata yang sudah menumpuk dan mendesak keluar. Air mata yang melukiskan seberapa besar penyesalannya karena sudah membohongi Joana dan lagi-lagi mengukir luka di hati cewek itu. Padahal sejak awal dia tau trauma yang Joana miliki dan seberapa pilunya masa lalu Joana. Tapi dia malah kembali mengulang trauma Joana. Jeffrey benar-benar brengsek, kan?

"Vi, aku minta maaf. Aku salah. Aku udah bohong sama kamu. Dan aku minta maaf ... kita nggak bisa balik kayak dulu lagi. Hati aku ... bukan buat kamu, Vi. Hati aku cuma buat Nana," jelas Jeffrey dengan suara bergetar.

30 Days With JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang