62

6.6K 487 86
                                    


"Zia, bawa Mama ke mobil!!"

Suara Sean terdengar menginterupsi Jeffrey dan Joana yang masih saling menatap. Lalu, disusul tangan kecil Zia yang menggenggam tangan Joana. Menarik pelan perempuan itu agar masuk ke dalam mobil sesuai titah Sean.

Tanpa mengucap satu katapun Joana akhirnya masuk ke dalam mobil. Dia duduk di kursi penumpang bersama Zia dan Zeon yang masih berada dalam gendongannya. Kepalanya ingin sekali menoleh ke belakang dan kembali melihat sosok itu. Tapi entah mengapa rasanya sulit sekali.

"Mama nggak apa-apa?" tanya Zia disertai tatapan sendu.

Joana menunduk dan melihat raut sendu di wajah Zia. Kemudian dia tersenyum walau senyumnya hanyalah senyum palsu untuk membuat Zia tenang.

"Mama nggak apa-apa, sayang," ucap Joana sambil mengusap lembut puncak kepala Zia.

Tentu saja jawaban Joana berhasil membuat Zia kembali ceria. Sekarang gadis cilik itu bahkan sudah sibuk memakan es krimnya. Lalu bagaimana dengan Sean? Entahlah. Joana nggak tau apa yang sedang pria itu lakukan di luar mobil. Joana ingin mencari tau tapi dia takut. Joana ingin kembali ke sana tapi sekali lagi dia nggak yakin akan tetap baik-baik aja setelahnya. Bagaimanapun juga setahun ini Joana benar-benar sudah berusaha keras cuma untuk melupakan orang itu.

"Kita pulang sekarang!"

Entah sejak kapan Sean masuk ke dalam mobil. Yang pasti sekarang lelaki itu sudah menyalakan mesin mobilnya dan siap meninggalkan lokasi. Tapi sayangnya niat Sean harus terhenti oleh bunyi ketukan pada kaca jendela mobil yang ada di samping Joana.

"Jangan dibuka!" cegah Sean saat melihat Joana berniat menurunkan jendela mobilnya.

"Kak ...."

"Kamu udah nggak ada urusan lagi sama dia, Jo!!"

Ketegangan antara Joana dan Sean mendadak naik ke permukaan. Ketegangan itu muncul cuma karena Jeffrey yang kini masih betah menunggu Joana untuk menurunkan kaca jendela mobilnya.

"Kak mungkin ada yang--"

"Kamu udah lupa sama semua kesalahannya?!" tukas Sean.

Benar. Harusnya Joana nggak lupa pada apa yang telah Jeffrey lakukan padanya. Lelaki itu mengkhianati cintanya. Lelaki itu juga telah mengambil hal berharga dalam dirinya. Lelaki itu, Jeffrey Wilsen adalah sumber kehancuran Joana.

Sekilas Joana melirik Jeffrey yang masih bertahan di posisinya. Dia nggak bergerak sama sekali dan benar-benar menunggu dengan pasrah.

"Kita pulang sekarang!!" tegas Sean lalu melajukan mobilnya.

Anehnya saat mobil sudah melaju dan makin jauh meninggalkan Jeffrey yang masih berada di tempatnya, perasaan Joana jadi nggak karuan. Ada desakan rindu dalam hatinya saat ingat sudah setahun dia nggak melihat Jeffrey. Lalu beberapa saat yang lalu dia dipertemukan lagi dengan lelaki itu. Walau Joana nggak tau pertemuan itu disengaja atau cuma kebetulan.

Tapi sepertinya nggak mungkin Jeffrey sengaja datang ke sini hanya untuk mencarinya. Jika ingin mencarinya kenapa baru sekarang? Ke mana saja lelaki itu selama setahun ini? Ah, pasti sibuk mengurus keluarga kecilnya, kan? Harusnya Joana ingat kalau sekarang Jeffrey sudah punya Revi dan anaknya.

Jujur saja saat baru tiba di Jeju Joana sempat berharap Jeffrey akan mencari dan bahkan menemukannya. Tapi ternyata harapannya harus berakhir dengan rasa kecewa. Sebab ternyata Jeffrey sama sekali nggak mencari dirinya. Joana juga sempat bertanya pada Juna tentang apakah Jeffrey pernah menanyakan dirinya dan jawaban Juna adalah tidak.

Setelah mengingat seluruh fakta yang ada harusnya Joana bisa dengan yakin mengabaikan pertemuan singkatnya dengan Jeffrey. Harusnya begitu, kan? Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Joana malah didera ragu dan gelisah. Yang pada akhirnya membuat dirinya harus memberanikan diri mengambil tindakan ini.

30 Days With JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang