Pulang jam berapa?
Joana mengangkat ponselnya. Siap melemparnya ke dinding kaca ruang kerjanya. Tapi ia cepat sadar kalau ponselnya dibeli dengan uang bukan dengan daun ketumbar.
Akhirnya Joana cuma bisa mendesah kesal sambil menjambakki rambutnya sendiri. Frustasi dengan cowok bernama Jeffrey yang entah gimana bisa seniat ini mengganggunya.
Bahkan belum genap 5 jam setelah pertemuan mereka di kafe tadi. Tapi Jeffrey udah mengusiknya lagi dan lagi."Joana? Ayo balik!!" seru Ten dari ambang pintu.
Ah, benar. Hari ini kantor bubar jam 4 karena hari Jum'at.
"Oke," jawab Joana.
Cewek itu memberesi mejanya lalu menyambar tas dan ponselnya.
Waktu keluar ruangan kubikel-kubikel di depannya udah banyak yang kosong. Di sana tinggal Joana, Ten, dan Laura karyawan departemen kreatif yang dikenal agak centil.
"Kak Jo?" sapa Laura sambil menenteng tasnya.
Joana senyum tipis lalu jalan lebih dulu. Lantas disusul oleh Ten dan Laura di kanan dan kiri Joana.
"Mas Ten makin sore bukannya makin lecek kok malah makin ganteng, sih?" tanya Laura dengan nada centilnya.
Ten senyum kepedean sambil menyugar rambutnya ke belakang. Dasar buaya. Begitulah pikir Joana.
"Makasih, Ra. Lo juga makin sore makin--"
"Makin cantik, ya, Mas?"
"Enggak. Makin bulug."
Laura langsung cemberut begitu dengar jawaban Ten. Cewek itu menyikut perut Ten kemudian jalan lebih dulu. Meninggalkan Ten yang masih cekikikan dan Joana yang cuma bisa nahan senyum karena jawaban Ten.
"Parah lo," kata Joana mengomentari candaan Ten.
"Kan fakta, Jo," jawab Ten membela diri.
"Ya, tapi nggak gitu juga. Kasian anak orang lo gituin."
Ten nggak terlalu mengindahkan kata-kata Joana. Cowok itu malah makin ngakak sambil merangkul bahu Joana. Bahkan Ten sengaja ketawa dan buka mulut lebar-lebar di depan wajah Joana biar Joana bisa nyium bau mulutnya. Bau nikotin lebih tepatnya. Karena Ten abis ngerokok 10 menit sebelum jam pulang kantor.
"Sialan lo!" maki Joana.
"Gimana? Seger nggak? Wangi, kan?" canda Ten.
"Mati aja sana lo!"
Joana masih misuh-misuh karena indera penciumannya yang menangkap bau nikotin dari mulut Ten.
Rangkulan Ten terlepas begitu mereka sampai di depan gedung Bellaro. Joana baru aja mukul perut Ten sehingga Ten agak jaga jarak sama Joana yang kepalanya udah muncul tanduk iblis saking kesalnya sama sikap Ten.
"Jo, gitu aja marah," ucap Ten masih sambil ketawa-ketiwi.
"Nggak jelas banget lo!" seru Jo kesal.
"Jangan ngambek dong. Gitu aja ngambek. Malam ini gue puasin deh biar--"
"CHITTAPHON!!"
Joana ngamuk dan mukulin punggung Ten. Ten itu kalau lagi kumat jahilnya emang nggak nanggung-nanggung. Rasanya seperti ada aja yang bisa Ten jadikan bahan untuk menjahili Joana.
"Aww! Ampun, Jo! Ampun!! Aduh sakit woii!!" teriak Ten sambil nahan pukulan bertubi-tubi di punggungnya.
"Joana?!"
Perdebatan kucing dan anjing itu terjeda. Joana dan Ten sama-sama berdiri tegak buat melihat sosok yang tadi manggil Joana.
Muka Joana makin sepet waktu tau ternyata orang itu adalah Jeffrey.
![](https://img.wattpad.com/cover/259391098-288-k849431.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days With J
FanfictionJoana tidak akan menikah. Joana akan menghabiskan seumur hidupnya dengan melajang. Tapi insiden malam itu malah membuat Joana terjebak dengan Jeffrey, laki-laki yang terobsesi ingin menjadikannya pasangan hidup. Joana sudah menolak Jeffrey tapi Jeff...