34

4K 485 26
                                    

Awas bosen! Chapter ini lebih dari 2000 words.

Na, hari ini kamu berangkat sendiri, ya? Aku nggak bisa jemput soalnya ada meeting pagi. Nanti juga kayaknya nggak bisa makan siang sama kamu. Nggak apa-apa, ya, Na? Di kantor lagi ribet.

Tadi saat Joana bangun ia langsung mendapat pesan tersebut dari Jeffrey. Awalnya sih Joana iya-iya aja tapi entah ada jin mana yang masuk ke dalam tubuh Joana hingga membuatnya mau merepotkan diri dengan peralatan dapur.

Catat! Joana yang nggak suka ribet, nggak suka repot dan nggak suka berkutat di dapur ketika pagi hari sekarang malah merepotkan diri memasak bekal makan siang untuk Jeffrey.

Gue nggak gila, kan? Batin Joana.

Tangannya yang semula sibuk memotong bawang putih kini jadi berhenti mendadak. Cuma karena pikirannya yang berkelana ke mana-mana guna memastikan bahwa apa yang dilakukannya sudah benar.

"Ah, bodo amat!! Cuma bikin bekal makan siang doang. Nggak aneh, kan?"

Lalu, Joana melanjutkan aktivitasnya. Ia memasak beberapa menu sederhana seperti tumis kangkung, ayam goreng, dan bakwan jagung. Setelah selesai Joana menata seluruh masakannya ke dalam kotak bekal.

"Nah, selesai!!" seru Joana puas.

Tin Tin!

Suara klakson sedikit membuat perhatian Joana teralihkan. Ia pun bergegas keluar rumah untuk melihat siapa yang pagi-pagi begini sudah membunyikan klakson di depan rumahnya.

Saat kakinya sudah berpijak di halaman rumah ia langsung tau siapa sosok di balik klakson mobil tadi. Ia bahkan sangat hapal dengan mobil itu. Mobil yang selama ini sering mengantar dan menjemputnya juga membawanya jalan-jalan ketika hari libur.

Ten? Batin Joana.

Ten keluar dari mobil bersamaan dengan Joana yang semakin mendekatinya.

"Ten?"

Joana bingung harus bereaksi seperti apa hingga membuatnya hanya mampu menggumamkan nama Ten.

"Pagi," sapa Ten.

"Pa-pagi," balas Joana agak kikuk.

"Dijemput Jeffrey?" tanya Ten tanpa basa-basi.

"Enggak. Jeffrey ada meeting pagi jadi nggak bisa jemput," jawab Joana.

"Mau berangkat bareng gue?"

Pertanyaan Ten dijawab dengan anggukan cepat oleh Joana. Seakan cewek itu sudah menunggu lama untuk mendengar kata-kata tersebut.

"Mau masuk dulu?" tawar Joana sambil menunjuk pintu rumahnya.

"Nggak usah. Gue tunggu di sini aja," tolak Ten.

Kemudian Joana mengangguk dan bergegas masuk ke dalam rumah untuk bersiap-siap.
Beberapa menit kemudian cewek itu keluar dari rumah dengan tas kerjanya serta sebuah tas berisi kotak makan siang.

Joana masuk ke dalam mobil lalu meletakkan kotak bekalnya di kursi belakang. Membuat perhatian Ten sedikit tersita.

"Lo bawa bekal? Tumben?" tanya Ten sembari menyalakan mesin mobilnya.

"Buat Jeffrey," jawab Joana tanpa menatap Ten yang air mukanya sudah berubah.

Melupakan perasaan yang sudah puluhan tahun Ten miliki untuk Joana bukan perkara yang mudah. Bahkan nyaris mustahil. Karena nyatanya sekarang Ten kembali mendekati Joana setelah sebelumnya bertekad ingin menjaga jarak dengan cewek itu demi kelangsungan proses move on-nya. Tapi sekarang apa? Dia sendiri yang mendatangi Joana bahkan setelah ia memutuskan memulai hubungan dengan Dila. Apa Ten jahat? Pasti iya, kan?

30 Days With JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang