08

7.1K 703 57
                                    

Taksi berhenti di seberang jalan. Joana turun dan lari menyebrangi jalan untuk sampai di restoran tempat Jeffrey dan Sean.

Joana berlari dengan cepat. Nggak memperhatikan sekeliling. Sampai tiba-tiba ia tertabrak.

Brugh

Cewek itu jatuh dan lututnya tergores trotoar. Tapi dia nggak ambil pusing. Walaupun lututnya perih Joana tetap berdiri dan lanjut lari sampai akhirnya masuk ke dalam restoran.

Napas Joana memburu. Tatapannya terarah pada meja tengah restoran yang diisi oleh Jeffrey juga Sean. Sean duduk membelakangi pintu masuk jadi, Sean nggak tau kedatangan Joana. Lain halnya dengan Jeffrey. Cowok itu keliatan kaget waktu liat Joana berdiri dengan lutut berdarah, keringat menetes deras dan muka pucat pasi.

Jeffrey berdiri lalu Sean pun ikut berdiri dan berbalik. Cowok yang 3 tahun lebih tua dari Joana itu keliatan sama kagetnya dengan Jeffrey. Tapi bedanya Sean langsung gerak cepat. Cowok itu menghampiri Joana dan memapah Joana agar duduk di tempatnya dan Jeffrey. Lalu Sean meminta kotak P3K pada pelayan restoran.

"Kenapa bisa sampai kayak gini?" tanya Sean khawatir.

Bibir Joana terkatup rapat. Nggak memberikan jawaban apapun pada Sean. Sekarang yang ada di pikiran Joana cuma gimana nasib dia setelah ini. Setelah Sean tau kalau Joana ada something sama Jeffrey.

"Aww!" pekik Joana kala luka di lututnya agak ditekan oleh Sean.

"Jo? Kenapa bisa--"

"Maaf, Pak. Tadi saya kurang hati-hati," ujar Joana dengan nada bicara setenang mungkin.

Kemudian Joana mengangkat wajahnya. Matanya bertemu pandang dengan Jeffrey yang entah kenapa keliatan nggak suka liat Joana.

"Lain kali hati-hati, Jo," ucap Sean.

Sean berdiri sambil membereskan kotak P3K dan menyerahkannya pada pelayan.
Kemudian Sean duduk di samping Joana.

"Tadinya saya mau kasih tau kamu besok tapi Jeffrey bilang sekarang aja. Sekalian supaya lebih jelas," ucap Sean tiba-tiba.

Tangan Joana saling meremat di bawah meja. Perasaannya udah nggak karuan. Takut, malu dan masih banyak lagi.

Joana memberanikan diri menoleh untuk memeriksa ekspresi Sean yang anehnya masih keliatan tenang seperti biasanya.

"Jadi, Jeffrey udah sepakat untuk serahin semuanya sama kita. Tapi dengan syarat kamu yang handel semuanya. Kamu yang mengkoordinir iklan buat JF Furniture. Kamu setuju, kan, Jo?"

Mata Joana mengerjap. Nggak paham sama apa yang Sean katakan. Bukannya Sean mau mengadilinya karena ketahuan ada something sama Jeffrey? Kenapa malah bicara soal kontrak JF Furniture? Bukannya dia di sini buat dipecat?

"Joana? Kamu dengar saya?"

Sean menyentuh bahu Joana pelan. Lalu, Joana langsung sadar dan mengangguk-anggukkan kepalanya.

"I-iya, Pak. Saya dengar," kata Joana.

Saat itulah Joana sadar. Ternyata Jeffrey cuma mempermainkan dia sampai dia kelimpungan begini.

Atensi Joana beralih pada Jeffrey. Cowok itu juga balas menatap Joana sambil menyeringai puas karena berhasil mengerjai Joana habis-habisan. Bahkan sampai Joana dalam keadaan babak belur begini.
Jeffrey sialan! Batin Joana.

"Karena semua udah jelas berarti mulai besok kamu segera pimpin divisi kreatif sekalian ajak divisi pemasaran buat rapat dan mulai bikin konsepnya. Oke?"

"Oke, Pak. Besok akan saya laksanakan."

Sean berdiri sambil mengantongi ponselnya.

"Saya pergi dulu. Kamu gimana, Jo? Pulang bareng saya atau--"

30 Days With JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang